Alergi Bulu Kucing? Ini Gejala yang Muncul dan Cara Mengatasinya

2 weeks ago 30

Beranda Lifestyle Alergi Bulu Kucing? Ini Gejala yang Muncul dan Cara Mengatasinya

Ilustrasi seseorang alergi bulu kucing. Foto: Freepik

RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Kucing adalah salah satu hewan peliharaan paling populer di dunia karena tingkahnya yang menggemaskan dan sifatnya yang penyayang. Namun sayangnya, tidak semua orang bisa nyaman berdekatan dengan kucing.

Beberapa orang mengalami reaksi alergi ketika berada di dekat hewan berbulu ini. Alergi yang sering disebut sebagai “alergi bulu kucing” sebenarnya lebih kompleks dari sekadar reaksi terhadap bulunya saja.

Saat seseorang yang alergi terpapar bulu kucing, sistem kekebalan tubuhnya akan mengidentifikasi protein yang menempel pada bulu tersebut sebagai zat asing yang berbahaya. Tubuh kemudian melepaskan senyawa kimia bernama histamin, yang memicu munculnya berbagai gejala alergi.

Melansir dari Alodokter, berikut gejala yang muncul ketika alergi bulu kucing:

Gejala Alergi Bulu Kucing

Reaksi alergi ini dapat muncul dalam waktu cepat, mulai dari beberapa menit hingga beberapa jam setelah kontak dengan bulu kucing. Gejalanya bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga berat, tergantung sensitivitas masing-masing individu.

Gejala Ringan:

-Bersin-bersin

-Hidung gatal, tersumbat, atau berair

Baca Juga:Aman dan Cantik Selama Hamil, Ini 5 Tips Memilih Skincare yang Tepat untuk Bumil

-Kulit kemerahan dan terasa gatal

-Mata memerah atau berair

-Batuk ringan

-Muncul bentol atau ruam pada kulit

Gejala Berat:

-Batuk yang semakin parah

-Sulit bernapas

-Napas berbunyi “ngik” (mengi)

-Wajah tampak pucat

-Bibir dan kuku berwarna kebiruan

Gejala berat umumnya dialami oleh penderita alergi bulu kucing yang juga memiliki asma. Dalam kondisi ini, serangan alergi bisa datang bersamaan dengan serangan asma, yang tentu saja memerlukan penanganan medis segera.

Cara Menangani Alergi Terhadap Bulu Kucing

Langkah paling efektif untuk mencegah alergi bulu kucing sebenarnya adalah dengan tidak memelihara atau bersentuhan langsung dengan kucing. Namun, jika reaksi alergi sudah terjadi, dokter biasanya akan meresepkan beberapa jenis obat, seperti:

-Antihistamin (misalnya cetirizine), yang bekerja dengan menghambat kerja histamin penyebab gejala alergi.

-Dekongestan (seperti phenylprophanolamine), yang membantu meredakan hidung tersumbat.

Baca Juga:Meski Menyegarkan, Ini 5 Fakta Es Teh Manis yang Berbahaya untuk Kesehatan

-Kortikosteroid, umumnya dalam bentuk semprotan hidung, untuk mengurangi peradangan pada saluran pernapasan akibat alergi.

Jika gejala alergi tidak membaik dengan obat-obatan tersebut dan sering kambuh, dokter bisa memberikan inhibitor leukotrien dalam bentuk tablet atau pil kunyah sebagai upaya mengurangi gejala yang timbul.

Untuk pengobatan jangka panjang, penderita alergi terhadap bulu kucing bisa dianjurkan menjalani imunoterapi, yaitu penyuntikan alergen dalam jumlah kecil secara bertahap. Terapi ini bertujuan untuk membantu tubuh membangun toleransi terhadap alergen sehingga reaksi alergi tidak terlalu berat.

Jika gejala alergi tergolong ringan, penderita dapat mengonsumsi antihistamin yang tersedia bebas di apotek sebagai langkah awal penanganan.

Namun, jika keluhan tidak kunjung membaik atau justru memburuk, hingga menimbulkan gejala berat, segera periksakan diri ke unit gawat darurat atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis guna mencegah kondisi yang berpotensi fatal.(ce2)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |