RADARBEKASI.ID, BEKASI – Memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), lingkungan RW 019 Kelurahan Arenjaya Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi menghelat lomba karnaval. Lomba tersebut diikuti seluruh RT di lingkungan tersbut.
Suasana sepanjang Minggu, 17 Agustus 2025, berbeda dari biasanya di lingkungan RW 019. Sejak matahari belum tinggi, jalan-jalan di sekitar wilayah itu sudah dipenuhi warna-warni bendera, hiasan umbul-umbul, dan ratusan warga yang berbondong-bondong berkumpul. Anak-anak, remaja, hingga orang tua, semua larut dalam euforia kemerdekaan.
Hari itu, karnaval memeriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI digelar dengan meriah. Sembilan RT yang ada di RW 019 ikut serta, masing-masing menampilkan atraksi, kostum, serta kreasi terbaik mereka. Bukan sekadar pawai, tetapi juga lomba antar-RT yang dinilai dari berbagai aspek: kekompakan, kreativitas, antusiasme, hingga partisipasi warganya.
Ketua RW 019, Hasrul Wahyu, tampak sibuk berkeliling. Sesekali ia tersenyum lebar menyaksikan semangat warganya yang begitu luar biasa. “Saya sangat mengapresiasi kreativitas setiap peserta. Karnaval ini bukan hanya hiburan, tetapi juga ajang memperkuat kebersamaan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air,” ujarnya di sela-sela acara.
Salah satu penampilan yang paling menarik perhatian datang dari RT 004. Mereka menghadirkan miniatur Monumen Kali Bekasi yang digotong bersama-sama oleh warganya. Monumen itu dibuat dari kayu, cat, serta hiasan sederhana, tetapi maknanya begitu dalam: perjuangan masyarakat Bekasi melawan tentara Jepang. Miniatur itu dibuat dengan detail, lengkap dengan ornamen bendera merah putih kecil yang tertancap di sekelilingnya.
Tak hanya itu, RT 004 juga menghadirkan replika tenda Jenderal Sudirman. Beberapa pemuda memakai pakaian loreng dan atribut sederhana untuk memerankan pasukan gerilya, sementara salah seorang warga tampil percaya diri dengan cosplay KH Noer Ali, pahlawan nasional asal Bekasi yang terkenal dengan julukan “Singa dari Bekasi.”
Selai itu, warga RT 004 lainnya juga menampilkan parade busana dari bahan daur ulang sampah. Plastik bekas, kertas koran yang disulap menjadi gaun, rompi, dan topi yang menawan. Para ibu rumah tangga dan remaja putri dengan percaya diri melenggang di jalan, memamerkan pakaian unik tersebut. “Kami ingin mengingatkan bahwa merdeka juga berarti menjaga lingkungan, salah satunya dengan mengurangi sampah,” ujar Ibu Umsini Sri Rahayu.
Tak ketinggalan, beberapa warga juga mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang memakai kebaya Jawa, baju bodo dari Sulawesi, ulos Batak, hingga pakaian adat Papua. Keberagaman busana itu seakan menegaskan bahwa meski berbeda suku dan budaya, semua warga RW 019 tetap satu dalam semangat kemerdekaan.
RT-RT lainnya pun tak mau kalah menunjukkan daya kreasi. Ada kelompok warga yang membuat miniatur kapal lengkap dengan awaknya yang berpenampilan ala bajak laut. Anak-anak laki-laki tampak gagah dengan kostum rompi, topi hitam, dan pedang mainan, sementara para ibu memegang properti berbentuk layar besar yang digerakkan bersama-sama.
Dari sisi lain, muncul replika burung garuda raksasa dengan sayap terbentang lebar. Warga menggotongnya dengan penuh semangat sambil diiringi tabuhan drum dan teriakan yel-yel. Burung garuda yang gagah itu seolah terbang di atas kepala peserta karnaval, membawa pesan tentang kebanggaan sebagai bangsa yang merdeka.
Kreativitas lain juga terpampang jelas dalam bentuk ikan besar berwarna cerah, lebah raksasa yang dikerjakan anak-anak muda, hingga tokoh-tokoh imajinatif hasil olahan tangan warga. Setiap RT menonjolkan ciri khasnya masing-masing, dan semuanya menambah semarak suasana.
Sepanjang rute karnaval, warga yang tidak ikut parade berjejer di pinggir jalan. Mereka bertepuk tangan, bersorak, dan sesekali melempar canda kepada peserta. Anak-anak kecil berlarian dengan wajah yang dipoles cat merah putih, sementara remaja sibuk mengabadikan momen lewat kamera ponsel.
Tiupan peluit, hingga alunan musik dangdut dari pengeras suara menambah riuhnya suasana. “Seperti sedang pesta rakyat, rasanya Bekasi benar-benar hidup hari ini,” ujar Arif, salah satu penonton yang datang bersama keluarganya.
Lebih dari sekadar hiburan, karnaval ini menunjukkan kuatnya rasa gotong royong di tengah masyarakat perkotaan. Setiap RT menyiapkan penampilannya berminggu-minggu sebelumnya. Ada yang lembur membuat properti hingga larut malam, ada pula yang patungan membeli bahan-bahan sederhana untuk kostum. Semua dilakukan dengan suka cita.
Meski karnaval ini dikemas dalam bentuk lomba, suasana kompetitif nyaris tidak terasa. Yang muncul justru semangat saling mendukung dan kebanggaan bersama. Dewan juri yang ditunjuk dari tokoh masyarakat setempat menilai berdasarkan empat aspek utama: kekompakan, kreativitas, antusiasme, dan partisipasi.
Bagi warga RW 019, menang atau kalah bukanlah tujuan utama. “Yang penting kita bisa berkumpul, bersatu, dan menunjukkan bahwa warga Arenjaya kompak. Ini jauh lebih berharga daripada piala,” kata Sunarto, salah seorang tokoh masyarakat setempat.
Menjelang sore, karnaval pun usai. Warga kembali ke rumah masing-masing dengan wajah penuh senyum. Meski lelah, semangat kebersamaan terasa begitu kuat. Banyak anak-anak masih mengenakan kostumnya, enggan melepas meski acara sudah berakhir.
Bagi RW 019, karnaval HUT RI ke-80 ini bukan sekadar pesta tahunan. Ia menjadi ruang perjumpaan, pengingat akan pentingnya kebersamaan, sekaligus sarana menyalurkan kreativitas yang jarang muncul dalam rutinitas sehari-hari.
Ketua RW, Hasrul Wahyu, menutup acara dengan harapan sederhana. “Semoga tahun depan lebih meriah lagi, dengan ide-ide yang lebih gila, lebih kreatif, dan lebih membanggakan. Karena merdeka itu artinya kita bebas berkarya,” katanya disambut tepuk tangan warga.
Di RW 019 Arenjaya, kemerdekaan memang bukan sekadar kata. Ia hidup dalam tawa, peluh, dan kreasi warganya. Dan karnaval itu menjadi bukti nyata bahwa semangat gotong royong masih terjaga erat, bahkan di tengah hiruk-pikuk kota besar seperti Bekasi. (mif)