Soal Sekolah Rakyat, Gus Ipul: Tidak Boleh Ada Titipan, Sogokan, atau KKN

2 months ago 48

Beranda Metropolis Soal Sekolah Rakyat, Gus Ipul: Tidak Boleh Ada Titipan, Sogokan, atau KKN

PENGARAHAN:Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul memberikan pengarahan kepada para siswa saat simulasi di Sekolah Rakyat di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi Timur, Kota Bekasi, Selasa (8/7). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKAS

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah mulai melakukan simulasi Sekolah Rakyat, salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto yang ditujukan bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu. Simulasi perdana berlangsung di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi Timur, Kota Bekasi, Selasa (8/7).

Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul turun langsung memantau jalannya simulasi. Ia menegaskan seluruh tahapan akan dievaluasi ketat sebelum program resmi diluncurkan pada 14 Juli mendatang.

“Simulasi dilakukan penuh selama 24 jam. Rangkaian kegiatannya sudah disiapkan dan akan kami evaluasi besok,” ujar Gus Ipul.

Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama gratis yang menggabungkan pendidikan akademik, penguatan karakter, serta pemetaan bakat sejak awal.

Pada hari pertama, seluruh siswa dan guru menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh—mulai dari cek darah, penglihatan, pendengaran, hingga kesehatan gigi dan jantung.

BACA JUGA: Sekolah Rakyat bagi Warga Miskin Dibuka Juli, tanpa Tunggu Gedung Baru

“Setiap anak telah menjalani talent mapping. Guru akan mengajar berdasarkan potensi masing-masing siswa,” jelas Gus Ipul.

Tenaga pengajar sebagian besar berasal dari sekolah negeri, namun telah mendapatkan pelatihan khusus untuk menerapkan kurikulum Sekolah Rakyat. Selain mata pelajaran umum, siswa juga dibekali keterampilan hidup dan nilai-nilai karakter.

Menanggapi kekhawatiran orangtua mengenai interaksi dengan anak-anak yang tinggal di asrama, Gus Ipul menyampaikan bahwa orangtua tetap bisa datang kapan saja, meski dengan pembatasan waktu.

“Presiden mengarahkan agar sekolah memfasilitasi kunjungan orangtua, tapi tentu di luar jam belajar,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa seluruh siswa direkrut berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi (DTSE), khususnya mereka yang masuk dalam desil 1 dan 2, atau kategori masyarakat paling rentan.

“Tidak boleh ada titipan, sogokan, atau praktik KKN. Semua akan ketahuan saat evaluasi,” tegasnya.

BACA JUGA: Persiapan Sekolah Rakyat di Bekasi Dikebut

Proses seleksi dilakukan lewat survei lapangan yang melibatkan Kementerian Sosial, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan Badan Pusat Statistik (BPS). Saat ini, Sekolah Rakyat di Bekasi menampung 180 siswa. Tahun depan, pemerintah menargetkan pembangunan gedung permanen berkapasitas lebih dari seribu siswa.

“Untuk tahap awal, program dimulai di 100 titik di seluruh Indonesia dengan target 9.700 siswa. Semua biaya ditanggung negara,” ungkap Gus Ipul.

Sementara itu, Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat Mohammad Nuh menekankan pendekatan holistik yang diterapkan sekolah ini, yang dinilai lebih menyeluruh dibanding sekolah formal biasa.

“Sekolah Rakyat tidak hanya fokus pada akademik, tapi juga pada kesehatan fisik, mental, dan sosial anak,” kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.

Nuh mencontohkan, dari pemeriksaan awal ditemukan tiga siswa menderita anemia dan langsung ditangani. Evaluasi menyeluruh akan kembali dilakukan setelah satu semester untuk menilai peningkatan siswa.

BACA JUGA: Sekolah Rakyat di Bekasi untuk Anak Miskin Masih Perlu Tambahan Sarana Prasarana  

“Kalau tidak ada kemajuan dalam aspek fisik, psikologis, atau sosial, berarti ada yang salah dalam pendekatannya,” tegasnya. (rez)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |