Pendatang Picu Peningkatan Kasus Stunting di Kabupaten Bekasi

1 month ago 34

Beranda Cikarang Pendatang Picu Peningkatan Kasus Stunting di Kabupaten Bekasi

ILUSTRASI: Petugas kesehatan memeriksa suhu badan balita di Puskesmas Jatimulya, beberapa waktu lalu. FOTO: ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Warga pendatang memicu peningkatan kasus stunting di Kabupaten Bekasi. Masifnya kawasan industri menarik banyak warga dari luar daerah untuk merantau, sehingga urbanisasi turut menyumbang kasus tersebut.

Berdasarkan Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat secara elektronik (e-PPGBM), Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi mencatat masih ada 3.948 kasus stunting sejak 2024.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Alamsyah, mengatakan hasil riset Pemerintah Provinsi Jawa Barat menunjukkan Kabupaten Bekasi memiliki karakteristik tersendiri dalam penanganan stunting.

“Betul, memang ada imported case yang turut berpengaruh pada angka stunting di Kabupaten Bekasi,” ujar Alamsyah usai mengikuti Penilaian Kinerja Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting 2025 di Kantor Diskominfosantik, Rabu (13/8).

BACA JUGA: Camat Medansatria: Posyandu Garda Terdepan Jaga Kesehatan Warga

Pada 2024, ditemukan tiga kasus stunting dari warga pendatang. Yakni, dua kasus di Desa Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan dan satu kasus di Desa Pasirgombong Kecamatan Cikarang Utara. Dari ketiga keluarga yang merantau ke Bekasi tersebut, masing-masing memiliki anak yang mengalami stunting.

“Jadi, ibunya diterima di perusahaan, datang itu bawa anak ternyata anaknya stunting. Akhirnya dari pihak puskesmas masing-masing ditindaklanjuti,” tambahnya.

Menurutnya, penanganan kasus stunting dilakukan intensif, mirip metode saat pandemi Covid-19. Tenaga kesehatan puskesmas mendatangi rumah kontrakan pendatang untuk memastikan perbaikan gizi anak.

“Metode yang kami pakai itu sama dengan waktu Covid kemarin. Jadi ada orang pendatang, kami lihat kan dia ngontrak, ternyata itu stunting. Akhirnya puskesmas yang tindaklanjuti,” ujarnya.

“Tiga bulan sudah mulai ada perbaikan terus sembilan bulan tumbuh kembang anaknya sudah normal, sudah bisa mengejar,” imbuhnya.

Sementara itu, Asisten Daerah Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bekasi, Sri Enni Mainiarty, menyebut prevalensi stunting turun menjadi 18,4 persen pada 2024 dari 23,2 persen pada 2023.

Seluruh instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dilibatkan dalam 8 aksi konvergensi untuk mempercepat penurunan stunting, mulai dari analisis situasi, sosialisasi, pembinaan, pengurangan risiko, hingga intervensi anggaran dan kontribusi CSR.

“Ini yang terus dilakukan untuk bersama-sama bagaimana menekan angka stunting ini. Jadi bukan hanya Dinkes saja atau teman-teman di kesehatan, tapi seluruh lini terjun bersama,” kata Sri.

Sri menekankan, intervensi stunting dilakukan sejak dini, termasuk pada remaja putri, melalui penguatan nutrisi, edukasi kesehatan, dan pemberian tablet tambah darah.

“Bukan cuma sekedar jadi ibu hamilnya nanti. Itu yang kami lakukan, termasuk dari sisi infrastruktur dan hal yang berkaitan lainnya,” tandasnya. (ris)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |