Beranda Berita Utama Minat Guru Menulis Karya Ilmiah Menurun, IGI Bekasi Soroti Banyak Kendala

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bekasi, Prawiro Sudirjo, mengungkapkan bahwa minat guru dalam menulis karya ilmiah mengalami penurunan.
“Penurunan aktivitas menulis karya ilmiah pada guru saat ini mencapai 30 persen,” ujar Prawiro kepada Radar Bekasi, Kamis (7/8).
Menurut Prawiro, salahsatu penyebab utama minimnya motivasi. Sebagian guru merasa menulis karya ilmiah tidak memberi manfaat langsung terhadap karier mereka, terlebih apresiasi atau penghargaan terhadap karya tersebut masih rendah.
“Guru merasa tidak termotivasi untuk menulis karya ilmiah, karena berbagai alasan, seperti kurangnya penghargaan atau apresiasi terhadap karya mereka atau merasa bahwa menulis karya ilmiah tidak memberikan manfaat langsung bagi karir atau pekerjaan mereka,” tuturnya.
Faktor lain yang turut menghambat ialah kurangnya informasi mengenai teknik penulisan ilmiah, jenis karya yang dapat dibuat, serta cara mempublikasikannya. Selain itu, kesulitan menentukan topik, mengolah data, hingga menyusun laporan secara sistematis menjadi tantangan tersendiri.
“Bahkan, guru seringkali memiliki beban kerja yang berat dan waktu yang terbatas, sehingga sulit untuk meluangkan waktu untuk menulis karya ilmiah,” imbuhnya.
Prawiro juga menyoroti anggapan di kalangan guru bahwa menulis karya ilmiah bukan lagi menjadi syarat utama untuk kenaikan pangkat, serta terbatasnya akses terhadap pelatihan yang relevan.
“Beberapa guru mungkin memiliki persepsi, bahwa menulis karya ilmiah merupakan hal yang sulit atau tidak penting bagi pengembangan karir mereka,” bebernya.
Padahal, lanjut Prawiro, rendahnya aktivitas menulis berdampak langsung pada kualitas pembelajaran. Guru yang tidak terbiasa menulis cenderung kurang terlatih dalam menyampaikan materi secara sistematis dan membimbing kemampuan literasi siswa.
Ia menambahkan, menulis karya ilmiah memiliki peran penting dalam pengembangan profesional guru. Melalui kegiatan menulis, guru dapat merefleksikan pengalaman mengajar, berbagi pengetahuan, serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan komunikasi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Prawiro mendorong adanya pelatihan dan pendampingan teknis bagi guru, mulai dari pemahaman format penulisan, kaidah ilmiah, hingga pencarian sumber referensi yang tepat.
Selain itu, ia menyarankan agar guru yang aktif menulis diberikan insentif, seperti penghargaan, kenaikan pangkat, atau tambahan tunjangan. Dukungan lain bisa berupa keringanan beban kerja dan penyediaan fasilitas yang menunjang kegiatan menulis.
“Dapat juga memberikan waktu dan ruang yang cukup bagi guru untuk menulis karya ilmiah, misalnya dengan mengurangi beban kerja atau menyediakan fasilitas yang mendukung,” pungkasnya. (dew)