Kepala Sekolah Rakyat di Bekasi Pastikan Belum Ada Guru yang Mengundurkan Diri

4 weeks ago 27

Beranda Metropolis Kepala Sekolah Rakyat di Bekasi Pastikan Belum Ada Guru yang Mengundurkan Diri

BERI MATERI : Guru memberikan materi pelajaran di Sekolah Rakyat Menengah Atas 13 Bekasi, belum lama ini. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Di tengah isu pengunduran diri ratusan guru Sekolah Rakyat secara nasional, Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Bekasi menunjukkan stabilitas.

Kepala SRMA 13 Bekasi, Lastri Fajarwati menegaskan, hingga saat ini tidak ada satu pun guru yang mengundurkan diri dari sekolah tersebut.

“Alhamdulillah, meski banyak guru kami berasal dari luar Kota Bekasi seperti Yogyakarta, Pemalang, Garut, hingga Tasikmalaya, mereka tetap komitmen dan solid menjalankan tugas di SRMA 13,” ujar Lastri saat dihubungi wartawan, Rabu (20/8).

BACA JUGA: Ratusan Guru Sekolah Rakyat Mundur

Ia menyebutkan, faktor utama yang mendukung keberlangsungan pengabdian para guru adalah tersedianya fasilitas hunian yang layak. Pemerintah, melalui Kementerian Sosial, menyediakan rumah susun di kawasan sentra sosial sebagai tempat tinggal bagi para guru yang berasal dari luar kota.

“Fasilitas hunian ini sangat membantu. Guru-guru yang membawa keluarga pun bisa tinggal dengan nyaman. Ini membuat mereka merasa lebih tenang dan fokus dalam mengajar,” ujarnya.

Lastri menambahkan, pihaknya juga secara rutin memberikan pelatihan dan pembinaan (coaching) untuk membangun sinergi antara guru, wali asuh, dan wali asrama. Upaya ini bertujuan untuk menyatukan visi dan pola kerja seluruh pihak yang terlibat dalam proses pendidikan.

“Kami ingin semua elemen di sekolah memiliki semangat dan arah yang sama. Ini penting agar tujuan utama, yakni menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak-anak, bisa tercapai,” tambahnya.

BACA JUGA: Sekolah Rakyat Wajib Prioritaskan Warga Miskin Kota Bekasi

Sebelumnya, Kementerian Sosial melaporkan bahwa dari total 1.469 guru yang disiapkan untuk mengajar di Sekolah Rakyat, sekitar 143 orang atau 9 persen memilih tidak melanjutkan penugasan. Fenomena ini sebagian besar dipicu oleh lokasi penempatan yang jauh dari domisili guru.

Menanggapi hal tersebut, Lastri menyatakan bahwa situasi itu berbeda dengan yang terjadi di SRMA 13 Bekasi. Menurutnya, para guru di sekolahnya sudah dipersiapkan dan diberi dukungan logistik yang memadai sehingga tidak ada alasan untuk mundur.

“sebenarnya bukan mengundurkan diri, ini setahu saya guru guru yang seleksi P3K yang ditempatkan kebanyakan di luar daerah, karena jarak yang jauh dengan kota asalnya sehingga banyak yang merasa keberatan, kemudian meminta dipindahkan ke sekolah rakyat yang dekat dengan tempat tinggal,” ujarnya.

BACA JUGA: Suasana Haru Warnai Hari Pertama Sekolah Rakyat

Di sisi lain, Lastri juga menjelaskan bahwa jumlah siswa di SRMA 13 Bekasi saat ini tetap 180 orang. Ia mengakui ada dua siswa yang tidak melanjutkan pendidikan—satu karena alasan kesehatan dan satu lagi karena pindah domisili ke luar kota bersama keluarganya.

“Satu anak harus menjalani pengobatan intensif dan akan dijadwalkan masuk tahun depan jika kesehatannya memungkinkan. Satu lagi mengikuti keluarganya pindah ke luar kota dan sudah bersekolah di tempat baru,” terang Lastri.

Kedua posisi siswa yang keluar tersebut telah digantikan oleh calon siswa lain sesuai dengan database dari Dinas Sosial. Hal ini sejalan dengan sistem multi entry dan multi exit yang diterapkan di Sekolah Rakyat, untuk memberikan fleksibilitas bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem agar tetap dapat mengakses pendidikan.

“Kami terus berupaya agar anak-anak yang membutuhkan tetap bisa mendapatkan hak pendidikannya, tentu dengan menyesuaikan kondisi mereka masing-masing,” pungkasnya. (rez)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |