Isu Beras Oplosan Bikin Sepi Pembeli, Agen di Bekasi Menjerit Rugi!

1 week ago 20

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Aroma khas beras tak lagi menggugah. Butiran-butiran putih yang selama ini menjadi simbol kemakmuran dan kesejahteraan kini ternoda oleh praktik curang yang menggerogoti kepercayaan masyarakat: beras oplosan.

Ya, fenomena ini tak lagi terjadi secara diam-diam. Ia merambah pasar tradisional, merayap ke minimarket, bahkan melibatkan perusahaan-perusahaan besar yang seharusnya menjadi penopang distribusi pangan nasional.

Udin (34) salahsatu pemilik agen beras di Jalan Pangeran Jayakarta mengaku, banyak menerima pertanyaan dari pelanggan ihwal isu beras oplosan. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ia hanya berusaha menjelaskan bahwa beras yang ada di kiosnya dibeli langsung dari penggilingan, dijual kembali tanpa proses pengemasan ulang.

“Pertanyaan dari konsumen banyak kalau untuk sekarang, kayaknya konsumen juga takut ya dengan isu beras oplosan,” ungkapnya, Rabu (23/7).

Ia memang tidak menjual beras kemasan jenis medium maupun premium. Pernah dilakukan, namun tidak ada minat untuk membeli beras tersebut dari pelanggan.

Praktik curang yang belakangan diungkap oleh pemerintah ini berbuntut panjang. Udin merasakan dampak naiknya harga beras sekalipun ia dapat langsung dari penggilingan.

“Bulan kemarin kita belanja dari penggilingan itu Rp13 ribu sampai Rp13,2 ribu tergantung kualitas berasnya, sekarang rata-rata mintanya Rp13,3 ribu sampai Rp13,4 ribu. Kita udah nggak kuat jualnya,” paparnya.

Dampak berikutnya, omset penjualan beras terjun bebas. Mayoritas pelanggan mengurangi volume yang dibeli akibat harga harga beras naik.

“Jauh banget turunnya, daerah sini memang sepi tapi sekarang lebih sepi lagi. Hampir 50 persen (omset penjualan) turun,” tambahnya.

Praktik pengoplosan ini bukan ulah pedagang kecil di pasar, tapi pada perusahaan besar yang memiliki fasilitas penggilingan dan pengemasan.Tujuannya satu: meraup untung lebih besar dengan menekan biaya produksi.

Ironisnya, produk-produk ini juga masuk ke rak-rak minimarket. Tak sedikit masyarakat kelas menengah yang membeli karena percaya pada merek dan kemasan. Mereka tak menyangka jika isi dalam kemasan itu tak sebanding dengan harga yang dibayar.

Kondisi ini diakui oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Menurut Tito, kasus tersebut tak lepas dari adanya perusahaan besar yang melakukan praktik pengoplosan beras medium yang dijual menjadi beras premium. Kasus ini merugikan negara hampir Rp100 triliun.

Tito menilai terdapat beberapa perusahaan besar yang melakukan beras oplosan.

“Belum lagi yang oplosannya, beras yang kualitas premium digabung sama kualitas medium, setelah itu dijual harga premium. Dan ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, ada yang perusahaan-perusahaan besar,” kata Tito.

Badan Pusat Statistik (BPS) awal pekan kemarin mengungkap bahwa rata-rata harga beras nasional saat ini sudah melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET). Harga beras di wilayah Zona 1 termasuk Jawa didalamnya baik 1,95 persen.

Kenaikan juga terjadi di wilayah zona 2 sebesar 1,14 persen, dan wilayah zona 3 sebesar 0,26 persen.

Pantauan Radar Bekasi di panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan harga beras medium di Kota Bekasi berada diatas HET pada Kamis (23/7). Dimana harga beras berada di angka Rp13 ribu, lebih tinggi dari HET zona 1 sebesar Rp12.500.

Justru sebaliknya untuk harga beras premium, harga per tanggal 23 Juli tercatat sebesar Rp15.450 lebih rendah dibandingkan HET sebesar Rp14.900.

Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto telah memerintahkan jajarannya untuk memantau perkembangan di pasar rakyat maupun retail yang ada di Kota Bekasi.

“Saya sudah meminta Kepala Dinas Perdagangan untuk kemudian mengambil langkah-langkah, sehingga kemudian mereka memantau perkembangan yang ada di pasar-pasar,” ungkapnya belum lama ini.

Perhatian utama menurut Tri, perlu dilakukan di pasar-pasar rakyat. Pasalnya, pemantauan di retail menurutnya cenderung lebih mudah lantaran pasokan barang berasal dari tempat yang sama.

“Justru yang perlu kita lindungi adalah mereka yang berada di pasar-pasar rakyat, yang mereka pada akhirnya bukan hanya beras premium, tetapi mungkin beras yang super dicampur dengan yang tidak super begitu ya. Jadi mungkin harus lebih dalam lagi nih,” paparnya.

Tri meminta kepada warga Kota Bekasi untuk tetap berhati-hati terkait dengan peredaran beras oplosan. (sur)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |