Beranda Berita Utama Hari Ketiga Perang Kamboja-Thailand, Kamboja Desak Gencatan Senjata Tanpa Syarat

RADARBEKASI.ID, KAMBOJA – Hari ketiga perang Kamboja-Thailand, Kamboja mendesak gencatan senjata tanpa syarat kepada Thailand setelah bentrokan bersenjata di perbatasan.
Hingga hari ketiga bentrokan kedua negara itu telah menewaskan sedikitnya 32 orang.
Sementara itu, Thailand menyatakan terbuka untuk menyelesaikan krisis ini melalui jalur diplomatik, termasuk dengan bantuan Malaysia.
Dilansir dari The Guardian, Sabtu (26/7/2025), Duta Besar Kamboja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Chhea Keo, mengatakan negaranya menyerukan “gencatan senjata segera tanpa syarat” serta solusi damai atas sengketa perbatasan yang memicu eskalasi bersenjata sejak Kamis (24/7/2025) lalu.
BACA JUGA: Perang Thailand-Kamboja Meletus, Belasan Warga Sipil Tewas
Seruan ini disampaikan usai pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB yang dihadiri perwakilan dari Kamboja dan Thailand.
Bentrokan terbaru dilaporkan kembali terjadi pada Sabtu (26/7/2025) pagi, menyusul pecahnya kekerasan berskala besar di perbatasan sejak Kamis.
Konflik ini melibatkan serangan udara, artileri berat, tank, dan pasukan darat. Situasi yang memburuk itu memaksa Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat guna membahas krisis yang kian mengancam stabilitas kawasan.
Menurut laporan The Guardian, jumlah korban jiwa akibat konflik ini telah mencapai 32 orang. Di pihak Thailand, 19 orang tewas sebagian besar adalah warga sipil termasuk enam tentara dan 13 warga sipil.
Sebanyak 138.000 orang telah dievakuasi dari wilayah perbatasan, menurut data Kementerian Kesehatan Thailand. Selain itu, 29 tentara dan 30 warga sipil mengalami luka-luka.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja menyebutkan bahwa total korban jiwa di pihak mereka mencapai 13 orang. Jumlah itu termasuk tujuh warga sipil dan lima tentara yang tewas pada hari kedua bentrokan, serta satu warga sipil yang tewas pada hari pertama akibat roket Thailand menghantam pagoda tempat ia berlindung. Lebih dari 23.000 warga juga telah dievakuasi dari daerah perbatasan di sisi Kamboja.
Thailand menyatakan siap berdialog, bahkan melalui fasilitasi Malaysia yang saat ini menjabat sebagai ketua ASEAN.
“Kami siap berdiplomasi, secara bilateral atau melalui Malaysia. Namun sejauh ini kami belum menerima tanggapan dari Kamboja,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, kepada AFP sebelum pertemuan PBB berlangsung.
Pihak militer Thailand melaporkan bahwa pertempuran kembali meletus pada Jumat (25/7/2025) sekitar pukul 04.00 pagi di tiga titik konflik. Pada Sabtu, Kementerian Pertahanan Kamboja menuding Thailand menembakkan peluru artileri berat ke berbagai wilayah dan mendesak penghentian segera atas tindakan agresi tersebut.
Pejabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, memperingatkan bahwa situasi bisa berkembang menjadi perang terbuka jika tidak dikendalikan. “Untuk saat ini, ini masih terbatas pada bentrokan. Tapi situasinya sangat sensitif,” ujarnya kepada media di Bangkok.
Ketegangan antara kedua negara telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan wilayah perbatasan sepanjang 800 kilometer yang sebagian masih disengketakan.
Konflik serupa pernah terjadi antara 2008 hingga 2011 dan menewaskan sedikitnya 28 orang. Sengketa sempat mereda setelah putusan pengadilan PBB pada 2013, namun insiden baru meletus kembali pada Mei lalu ketika seorang tentara Kamboja tewas.
Di PBB, perwakilan Kamboja membantah tuduhan bahwa negaranya memicu bentrokan. Chhea Keo mempertanyakan klaim Thailand dan menegaskan bahwa negaranya hanya ingin menghindari eskalasi lebih lanjut.
“Dewan Keamanan menyerukan agar kedua pihak menahan diri dan menyelesaikan sengketa ini secara diplomatis. Itu pula yang kami inginkan,” tegasnya.
Konflik ini menambah daftar panjang ketegangan geopolitik di Asia Tenggara dan memperlihatkan rapuhnya perdamaian di kawasan yang sebelumnya relatif stabil. Masyarakat internasional kini menantikan langkah lanjutan dari ASEAN dan PBB dalam meredakan krisis ini. (cr1)