Beranda Cikarang Harga Jengkol di Kabupaten Bekasi Tembus Rp100 Ribu Per Kg, Dekati Daging Sapi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Harga jengkol di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Bekasi terus meroket. Saat ini, harganya nyaris setara harga daging sapi.
Kepala Bidang Pengendalian Barang Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Helmi Yenti, menyebutkan bahwa saat ini harga jengkol berkisar antara Rp90 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram (kg).
Menurut Helmi, lonjakan harga ini sudah berlangsung selama lebih dari sepekan dan terjadi hampir di seluruh pasar rakyat di wilayah Kabupaten Bekasi.
“Harga jengkol saat ini lebih kepada mendekati harga daging sapi. Lebih mahal dari harga daging ayam,” kata Helmi, pekan kemarin.
Sebagai perbandingan, berdasarkan data harga pangan Provinsi Jawa Barat, harga daging sapi segar mencapai Rp131.146 per kg, daging sapi beku Rp110 ribu per kg. Sementara itu, harga daging ayam broiler Rp33.726 per kg dan ayam kampung Rp64.609 per kg.
Helmi menuturkan, dari hasil pantauan ke sejumlah bandar dan pedagang, kenaikan harga ini disebabkan oleh kelangkaan stok jengkol di pasaran. Hal ini karena sebagian besar pohon jengkol belum memasuki masa panen.
“Informasi dari para bandar, jengkol saat ini langka karena pohonnya masih berbunga dan belum berbuah,” jelasnya.
Menurutnya, pasokan jengkol yang masuk ke pasar-pasar di Kabupaten Bekasi umumnya berasal dari Lampung dan Bengkulu. Selain itu, ada juga pasokan dari petani lokal, namun kondisinya serupa masih masa berbunga.
“Kalau yang di kita produk jengkol itu dari petani sekitar kita, ada juga yang dari Pasar Cibitung. Yang Pasar Cibitung itu biasanya dari Jawa, Bengkulu, atau Lampung,” tuturnya.
Meski jengkol tidak tergolong sebagai komoditas pokok dan tidak masuk dalam komponen penghitungan inflasi, kata Helmi, kelangkaannya tetap berdampak pada pedagang, termasuk pedagang nasi uduk yang menjadikan jengkol sebagai lauk andalan.
Dinas Perdagangan juga telah berkoordinasi dengan para bandar jengkol untuk mengetahui kapan harga akan kembali stabil.
“Kita sudah koordinasi ke bandar jengkol, kondisi ini sampai kapan. Apakah akan seterusnya, ternyata tidak. Mungkin dua bulan ke depan sudah panen, sekitar Agustus,” katanya.
Sementara itu, seorang pedagang jengkol di Pasar Tambun, Idham (48), membenarkan adanya kenaikan harga. Menurutnya, harga yang sebelumnya Rp60 ribu per kg kini melonjak menjadi Rp90 ribu hingga Rp100 ribu, tergantung jenis jengkol muda atau tua.
“Naiknya seminggu sekali Rp5 ribu. Sebenarnya udah biasa naik gini. Dari Januari sampai Juli ini harga jengkol udah dua kali naik ntar turun,” ungkap Idham.
Ia mengaku, tingginya harga disebabkan oleh minimnya pasokan dari pemasok utama, terutama dari Pasar Induk Cibitung. Akibatnya, pembeli menjadi sepi. Hanya pelanggan tetap, seperti rumah makan, yang masih membeli meski dengan jumlah terbatas.
“Kalau pembeli biasa, paling cuma beli setengah kilo. Bahkan ada yang minta seperempat. Biar barang tetap keluar, ya kita layani saja,” pungkasnya. (ris)