Beranda Berita Utama TCB Bekasi Pastikan Pintu Air Irigasi di Sumberjaya Bukan Peninggalan Era Kolonial Belanda

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ketua Tim Pendaftar Cagar Budaya (TCB) Kabupaten Bekasi, Agah Handoko, memastikan bahwa pintu air irigasiyang ditemukan saat pembongkaran bangunan liar di Jalan Raya SumberjayaKecamatan Tambun Selatan, bukan peninggalan era kolonial Belanda seperti yang ramai diperbincangkan belakangan ini.
Agah menjelaskan, berdasarkan hasil peninjauan serta analisis peta irigasi era Belanda, tidak ditemukan adanya saluran irigasi yang dibangun pada masa itu di wilayah Jalan Raya Sumberjaya.
“Dalam peta kolonial Belanda tidak ada irigasi di situ. Selain itu struktur batu bata dan besi masih terlihat muda,” kata Agah, Selasa (6/5).
Ia menambahkan, sebagian besar pembangunan saluran irigasi pada masa tersebut difokuskan untuk pengairan sawah di wilayah Tambun, yang merupakan bagian dari proyek saluran irigasi Tarum Barat—sekarang dikenal sebagai Sungai Kalimalang.
Sekitar 1967, saluran air Tarum Barat mulai dibangun untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat serta mengairi area persawahan.
“Kalimalang dibangun di era Soekarno dan diresmikan Soeharto 1967. Saluran air yang diperuntukkan untuk konsumsi air minum warga Jakarta dan pengairan persawahan. Ini membuat banyak saluran irigasi lebih kecil dibuat sepanjang alirannya, salahsatunya kali irigasi di Desa Sumberjaya,” terangnya.
Agah meminta masyarakat tidak mudah percaya informasi yang belum terverifikasi, terutama di media sosial. Ia berharap warga tidak lagi menyebarkan narasi keliru tentang pintu air tersebut sebagai peninggalan zaman Belanda.
“Saya berharap netizen dapat menghentikan penyebaran video maupun foto pintu air Sumberjaya Tambun Selatan dengan narasi sebagai pintu air purba dan pintu air peninggalan jaman kolonial Belanda. Media online juga saya berharap tidak sembarangan mengutip konten dari media sosial tanpa klarifikasi dahulu,” tambah Agah.
Meski begitu, Agah tetap mengapresiasi kepedulian masyarakat terhadap temuan tersebut. Menurutnya, ini menunjukkan antusiasme warga terhadap pelestarian sejarah.
“Walaupun dengan narasi yang keliru saya mengapresiasi warga Kabupaten Bekasi peduli akan peninggalan bangunan bersejarah yang berpotensi menjadi cagar budaya,” tandasnya. (ris)