Heboh World App di Bekasi, Rekam Retina Dapat Uang Tanpa KTP

1 week ago 19

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Belakangan ini, aplikasi World App tengah ramai diperbincangkan di Kota Bekasi. Aplikasi ini merupakan platform resmi dari proyek global bernama Worldcoin, yang digagas oleh Sam Altman, pendiri OpenAI (pengembang ChatGPT).

Dirancang oleh Tools for Humanity, World App berfungsi sebagai dompet digital untuk mengelola mata uang kripto, menyimpan World ID (identitas digital), dan mengakses ekosistem World Network.

Dirancang oleh Tools for Humanity, World App berfungsi sebagai dompet digital untuk mengelola mata uang kripto, menyimpan World ID (identitas digital), dan mengakses ekosistem World Network.

Untuk menjadi bagian dari komunitas World App, pengguna perlu memindai iris mata atau rekam retina mereka di lokasi yang telah ditentukan melalui aplikasi. Proses pemindaian biometrik ini bertujuan untuk memverifikasi bahwa pengguna adalah individu nyata. Setelahnya, pengguna akan mendapatkan World ID digital.

Setiap orang yang berhasil melalui proses verifikasi akan menerima World ID serta token digital bersifat opsional. Token ini bisa disimpan dalam aplikasi, dan meskipun bukan merupakan hadiah finansial utama, keberadaan token ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan inklusi keuangan dan kendali atas data pribadinya.

Keramaian dipotret oleh pengguna media sosial di beberapa lokasi kantor layanan verifikasi, yakni di Jalan Juanda Bekasi Timur dan Jalan Siliwangi Narogong Rawalumbu. Namun, pada Minggu (4/5), kedua kantor layanan tersebut tampak tidak beroperasi meski biasanya buka setiap hari.

Mereka yang telah mendaftar dan melakukan pemindaian iris menggunakan perangkat bernama The Orb, memperoleh imbalan aset digital yang bisa dikonversi menjadi uang tunai. Nilai imbalan yang diterima warga bahkan mencapai Rp800 ribu per orang.

Salah satuwarga, Sandi (28), mengaku telah mendaftar dan melakukan verifikasi di awal April. Ia langsung menerima imbalan pertama sebesar 16 koin digital atau setara dengan Rp180 ribu, yang bisa langsung dicairkan.

Aset digital tersebut kata dia, akan kembali ia terima pada bulan kedua dan seterusnya, jika dikonversi menjadi rupiah diperkirakan setara dengan Rp700 ribu hingga Rp800 ribu.

“Total Rp700 sampai Rp800 ribu deh,” katanya.

Sandi mengetahui informasi tentang World App dari teman-temannya. Ia mengatakan tidak mengeluarkan biaya sedikit pun untuk bergabung. Cukup dengan mengunduh aplikasi, mendaftar, lalu memilih jadwal dan lokasi verifikasi.

Ia juga menambahkan, tidak ada dokumen identitas seperti KTP yang diminta saat proses pendaftaran. Menurutnya, sebagian besar orang hanya fokus pada imbalan yang bisa dikonversi menjadi uang tunai, meskipun ada juga yang serius mengelola aset kripto mereka.

“Kalau teman saya nggak dicariin, dia main bitcoin, pas harganya tinggi baru dijual,” ucapnya.

Menurutnya, saat itu situasi belum seramai sekarang. Namun, informasi tentang aplikasi ini sudah menyebar luas di masyarakat.

“Pas saya itu belum se rame ini. Ada ibu-ibu ada bapak-bapak, dari yang muda-muda sampe yang tua,” ungkapnya.

Namun, Sandi mulai merasa khawatir setelah muncul banyak diskusi soal risiko privasi dan penyalahgunaan data di media sosial.

“Setelah baca yang ramai sekarang ada kekhawatiran untuk kedepannya, tapi ya bagaimana ?, sudah kejadian,” tambahnya.

Sementara itu, Pakar Keamanan Siber, Alfons Tanujaya menyebut aplikasi World App yang membuat heboh belakangan ini seharusnya aman dan memberikan banyak manfaat jika dikelola dengan baik.

“Kalau pengelolaan datanya transparan dan diaudit oleh lembaga independen, dan memenuhi standar kaidah keamanan ya harus diberi kesempatan,” ucapnya.

Ada resiko data bocor dan disalahgunakan kata Alfons, seperti data pengguna Waze dan Google Maps yang ia sebut sangat berharga serta berbahaya jika bocor dan disalahgunakan.

Demikian juga dengan data di Cloud, Microsoft Apps, WhatsApp, hingga Meta. Beberapa contoh di atas menggambarkan sudah banyak data orang Indonesia yang dikelola oleh asing. Kondisi tersebut memprihatinkan jika pemerintah kurang menyadari hal ini.

“Tapi kita tenang-tenang saja karena apa ?, Karena manfaatnya besar dan dikelola oleh perusahaan yang cukup bertanggungjawab,” ungkapnya.

Lebih lanjut Alfons menjabarkan bahwa World ID ini bisa membantu memecahkan banyak masalah di Indonesia. Mulai dari mencegah dan menghentikan akun bot. Lebih lagi, sistem World ID ini bisa membantu menghadapi masalah akun-akun bot Buzzer yang banyak disalahgunakan untuk kepentingan negatif.

Bot atau aplikasi perangkat lunak otomatis yang melaksanakan tugas berulang melalui jaringan dengan mengikuti instruksi khusus guna meniru perilaku manusia ini bisa dicegah melakukan posting atau memberi kesan seakan mewakili banyak orang. Padahal, akun-akun bot tersebut hanya dikendalikan oleh beberapa orang saja.

Mestinya kata Alfons, pemerintah memberikan kesempatan kepada World App. Bahkan, kalau mau Komdigi bisa memanfaatkan sistem World ID dan meminta mereka Comply.

“Minta data Biometrik orang Indonesia disimpan di Indonesia dan bisa diawasi. Kalau mereka Comply, Komdigi berikan dukungan. Justru Indonesia bisa mendapat tehnologi yang baik dan data masyarakat tetap aman,” tambahnya. (sur)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |