RADARBEKASI.ID, BEKASI – Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) menyelenggarakan pelatihan di SMA Negeri 2 Kota Tegal pada Kamis (17/7/2025).
Pelatihan ini menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain; Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si.; Dr. Ir. Burhanuddin, M.M.; Dr. Hudi Santoso, S.Sos., M.P.; Fahmi Fuad Cholagi, S.I.Kom., M.Si.; Badar Muhammad, S.I.Kom., M.Si; dan Ika Sartika, S.Sn.,
Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna memberikan pelatihan bertema “Kepemimpinan Kewirausahaan yang Kreatif dan Inovatif”.
Dalam sesi pelatihan, Wahyu menekankan pemimpin di bidang kewirausahaan masa kini harus mampu menghadirkan solusi kreatif atas berbagai persoalan masyarakat.
“Kepemimpinan bukan hanya soal memimpin tim, tetapi juga tentang menciptakan nilai melalui inovasi yang berdampak,” jelasnya.
Ia juga menegaskan, kreativitas harus berjalan beriringan dengan keberanian mengambil risiko, kemampuan beradaptasi dengan teknologi, dan kolaborasi lintas sektor. Para peserta diajak memahami bagaimana membangun usaha yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga relevan secara sosial dan berkelanjutan.
Melalui pendekatan studi kasus, diskusi reflektif, dan latihan praktis, pelatihan ini membekali siswa dengan keterampilan berpikir strategis, perencanaan bisnis, serta manajemen diri sebagai calon pemimpin masa depan.
Selanjutnya, Dr. Ir. Burhanuddin, M.M. memberikan pelatihan bertema “Karakter Kewirausahaan dan Pengembangannya untuk Generasi Muda”.
Dalam pelatihan ini, Dr, Burhanuddin menekankan karakter adalah fondasi utama dalam membangun kewirausahaan yang berkelanjutan.
“Tanpa karakter yang kuat, kreativitas dan ide bisnis tidak akan bertahan dalam menghadapi tantangan nyata di lapangan,” ujar Burhanuddin di hadapan peserta.
Karakter wirausaha yang dibahas mencakup keberanian mengambil risiko, ketekunan, etika kerja, kejujuran, tanggung jawab, dan daya tahan terhadap kegagalan.
Menurut Dr. Burhanuddin, karakter bukan sesuatu yang hadir instan, tetapi harus dikembangkan melalui latihan, pengalaman, dan keteladanan.
Melalui pendekatan interaktif dan reflektif, para peserta diajak untuk mengevaluasi potensi diri, memahami pentingnya integritas, serta membentuk pola pikir bertumbuh (growth mindset) sebagai bekal dalam membangun usaha.
Kemudian, Dr. Hudi Santoso, S.Sos., M.P. memberikan pelatihan bertema “Keterampilan Komunikasi untuk Aktivitas Kewirausahaan”.
Dalam sesi pelatihannya, Dr. Hudi membekali pelajar Gen Z dengan strategi dan keterampilan komunikasi yang krusial dalam dunia kewirausahaan modern.
“Komunikasi bukan sekadar kemampuan berbicara, tetapi seni mendengarkan, memahami, serta membangun relasi produktif dengan pelanggan, mitra, dan tim,” ujar Dr. Hudi dalam materinya.
Peserta pelatihan diperkenalkan pada berbagai keterampilan komunikasi penting seperti komunikasi verbal dan non-verbal, teknik public speaking, storytelling bisnis, hingga strategi menangani konflik dan membangun kepercayaan dalam dunia usaha. Simulasi dan studi kasus pun diberikan agar materi lebih membumi dan relevan dengan kehidupan pelajar.
Melalui pendekatan yang inspiratif, Hudi juga menyampaikan bahwa kesuksesan wirausaha tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk, tetapi kemampuan menyampaikan nilai produk dengan cara yang menarik, jelas, dan meyakinkan. Ia menegaskan bahwa nilai akademik seperti NEM, IPK, dan ranking bukan penentu utama kesuksesan.
“Riset terhadap 733 milioner di Amerika Serikat menunjukkan bahwa nilai akademik hanya berada di urutan ke-30 dari faktor-faktor penentu sukses. Kejujuran, disiplin, kerja keras, kemampuan menjual ide, serta kepemimpinan adalah kunci sejatinya,” jelasnya.
Fahmi Fuad Cholagi, S.I.Kom., M.Si.memberikan pelatihan bertema “Penguatan Kemampuan Komunikasi, Kreativitas, Berpikir Kritis dan Kolaborasi (4C) dalam Pengembangan Kepemimpinan dan Karakter Kewirausahaan Gen Z di Era Digital”.
Dengan mengusung tema besar “Kolaborasi sebagai Kebutuhan Berprestasi”, pelatihan ini bertujuan membentuk karakter kolaboratif dan jiwa kepemimpinan dalam menghadapi dunia yang semakin kompleks.
“Kolaborasi bukan sekadar kerja sama, tapi tentang menyatukan kekuatan dan ide untuk mencapai tujuan yang lebih besar,” ujar Fahmi.
Badar Muhammad, S.I.Kom., M.Si memberikan pelatihan bertema “Berpikir Kritis: Bagian dari Solusi Kewirausahaan”. Dalam pelatihan ini, Badar membimbing peserta dalam mengasah cara berpikir kritis dan kreatif guna memecahkan masalah di sekitar mereka dan mengubahnya menjadi peluang wirausaha.
“Wirausaha sukses bukan yang paling pintar, tapi yang paling jeli melihat peluang di balik setiap masalah,” ungkap Badar saat mengawali sesi.
Materi pelatihan menekankan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk melihat masalah yang luput dari perhatian orang lain dan mencari solusi yang menguntungkan. Badar memperkenalkan konsep 5 Whys — teknik bertanya “mengapa” secara berulang untuk menemukan akar penyebab suatu masalah.
Ika Sartika, S.Sn. memberikan pelatihan bertema “Keterampilan Berpikir dan Bertindak Kreatif untuk Menumbuhkan Budaya Inovasi”. Dalam kesempatan ini, ia memberikan pembekalan mengenai pentingnya berpikir dan bertindak kreatif dalam menciptakan budaya inovatif, baik dalam kehidupan sosial maupun dunia wirausaha.
“Berpikir kreatif bukan bakat, tapi kebiasaan. Inovasi bukan kemewahan, tetapi keharusan,” ungkap Ika dalam sesi pembuka.
Materi pelatihan mencakup konsep berpikir divergen dan konvergen sebagai fondasi kreativitas: berpikir divergen untuk menghasilkan berbagai ide segar, serta berpikir konvergen untuk mengevaluasi dan memilih solusi terbaik. Ika juga menekankan pentingnya mengasah kedua cara berpikir ini untuk memecahkan masalah secara efektif. (*)