
RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Rose, vokalis utama dari grup global BLACKPINK, dikabarkan telah mengundurkan diri dari keanggotaan Asosiasi Hak Cipta Musik Korea (KOMCA) pada tahun 2024.
Keputusan mengejutkan ini memicu perhatian luas dari penggemar dan pelaku industri musik, terutama karena alasan di balik langkah tersebut menyentuh isu fundamental yang selama ini menghantui para pencipta lagu di Korea Selatan, yaitu sistem pembagian royalti yang dinilai tidak adil.
Dilansir dari Allkpop dan sejumlah sumber industri lainnya, Rose disebut kecewa dengan sistem pembagian keuntungan yang berlaku di Korea, khususnya dalam hal pendapatan dari layanan streaming musik. Salah satu pemicu utamanya adalah rendahnya porsi royalti yang diterima oleh para penulis lagu dari total pendapatan streaming.
Data terbaru mengungkapkan bahwa hanya sekitar 10,5 persen dari total pendapatan layanan streaming musik di Korea yang disalurkan langsung kepada penulis lagu. Angka ini sangat rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara lain: Amerika Serikat (12,3 persen), Inggris (16 persen), dan Jerman (15 persen).
Sementara itu, platform streaming domestik seperti Melon mengambil porsi keuntungan yang besar, yakni mencapai 35 persen, lebih tinggi dari rata-rata global yang berkisar di angka 30 persen. Meski telah terjadi perbaikan dibandingkan tahun 2008, di mana Melon mengambil hingga 57 persen dan penulis lagu hanya menerima 5 persen, ketimpangan tetap dianggap signifikan dan menyulitkan pencipta lagu untuk menikmati hasil karya mereka secara adil.
Baca Juga: Felix Stray Kids Alami Cedera Punggung, Koreografi Tur di Amerika Utara Akan Disesuaikan
Pakar industri musik menyoroti bahwa masalah ini tidak hanya soal persentase, tetapi juga menyangkut struktur distribusi royalti yang terlalu kompleks. Di Korea, pendapatan dari hak cipta musik harus melewati berbagai lapisan perantara, mulai dari organisasi pengelola hak cipta seperti KOMCA, perusahaan manajemen, hingga penerbit musik sebelum akhirnya sampai ke tangan pencipta lagu.
Berbeda dengan sistem di beberapa negara Barat, di mana royalti dibagi secara langsung antara pencipta lagu dan penerbit, sistem Korea justru membuat pendapatan terfragmentasi dan lambat diterima oleh kreator asli.
Dalam kasus Rose, tantangan semakin besar karena lagunya menghasilkan royalti dari pasar domestik dan internasional. Hal ini membuatnya harus membayar biaya manajemen kepada penerbit di dua wilayah berbeda sekaligus—sebuah skema yang cukup rumit dan mahal. Akibatnya, Rose bisa kehilangan hingga 30 persen dari potensi pendapatan hak ciptanya, hanya karena struktur pembagian yang tidak efisien.
Situasi ini diyakini menjadi salah satu alasan utama di balik keputusan Rose untuk keluar dari KOMCA. Langkah ini secara tidak langsung merupakan bentuk protes terhadap sistem yang tidak berpihak pada para pencipta lagu, termasuk musisi seperti dirinya yang telah memberikan kontribusi besar pada industri musik global.(ce2)