Beranda Berita Utama Kasus Ibu Dianiaya Anak di Bekasi Timur jadi Bukti Pengaruh Lingkungan Luar Rumah Lebih Dominan Bentuk Perilaku Seseorang

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Peristiwa kekerasan yang menimpa Maelani (58) oleh anaknya Mochamad Ichsan Ezra Candra (23) menjadi bukti bahwa pengaruh lingkungan luar rumah lebih dominan membentuk perilaku seseorang.
Hal tersebut disampaikan Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, usai menemui Maelani di kediamannya pada Selasa (24/6).
Meski hasil pemeriksaan MRI menunjukkan kondisi Maelani stabil, luka memar di beberapa bagian tubuhnya menjadi jejak nyata dari tindakan kekerasan sang anak.
Tri menilai, pengaruh lingkungan luar rumah lebih dominan dalam membentuk perilaku seseorang. Kasus yang menimpa Maelani menjadi bukti bahwa lingkungan keluarga yang dinilai baik belum tentu mampu menjamin perilaku positif sang anak.
“Mestinya berdampak positif, ternyata ini tidak berkorelasi. Artinya pengaruh lingkungan di luar rumah ini lebih besar dari lingkungan yang ada,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kondisi ekonomi keluarga juga menjadi tanggung jawab bersama, terutama oleh Pemerintah Kota Bekasi. Untuk meminimalkan kasus serupa, Pemkot telah membentuk tim gerak cepat guna menangani kekerasan di lingkungan masyarakat.
Menurutnya, banyak faktor yang memengaruhi tumbuh kembang seseorang, mulai dari pendidikan, kondisi ekonomi, hingga dampak teknologi informasi.
“Persoalan ini harus kita minimasi mulai dari persoalan mendasarnya. Bagaimana proses pendidikan, ekonomi, lapangan pekerjaan, ini menjadi bagian integral yang tidak bisa kita pisahkan dari proses kemajuan yang ada,” ucapnya.
Pada tahun ajaran baru nanti kata dia, Pemkot Bekasi melarang siswa menggunakan gadget selama berada di sekolah. Pemerintah akan fokus pada pendidikan karakter.
Langkah lain yang ditempuh yakni penegakan jam malam di wilayah Kota Bekasi, serta rencana pelaksanaan pendidikan karakter di barak militer, seperti yang telah diterapkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Kita berharap betul bahwa lingkungan rumah dan lingkungan di wilayah tempat tinggal yang kemudian mampu mewarnai (tumbuh kembang anak),” tambahnya.
Terpisah, Pengamat Sosial sekaligus Dosen Institut Bisnis Muhammadiyah (IBM) Bekasi, Hamludin, turut menyoroti kuatnya pengaruh lingkungan luar terhadap perilaku anak.
Menurutnya, pelaku yang kini berusia dewasa semestinya sudah mampu mandiri dan tidak bergantung sepenuhnya kepada orangtua, terutama untuk urusan gaya hidup.
Menurutnya, peristiwa ini layak menjadi perhatian serius, termasuk oleh pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada ibu pelaku.
“Jadi lebih kepada aspek-aspek negatif yang kemudian ada pada anak anak itu. Yang jelas pasti ia dapatkan dari luar, bukan dari lingkungan keluarga, entah melalui lingkungan keluarga atau teknologi handphone yang ia pakai,” paparnya.
Konten media sosial yang kerap menunjukkan kemewahan dan kesenangan sangat mungkin mempengaruhi perilaku seseorang.Masalah muncul ketika ekspektasi yang terbentuk dari tayangan tersebut tidak sejalan dengan kenyataan di dunia nyata.
“Kebijakan sekolah memang harusnya sama dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, bahwa tidak boleh membawa handphone ke sekolah itu bagus,” ucapnya.
Menurutnya, kebijakan tersebut mendorong anak-anak untuk berinteraksi langsung dengan teman-temannya di lingkungan sekolah. Ia menyebut, sejumlah sekolah sudah mulai menerapkan aturan tersebut.
“Dan memang tantangan terbesar kita bagi orang tua itu adalah handphone, jadi semua mengakui itu,” tambahnya. (sur)