Beranda Berita Utama Bukan Solusi Permanen, IGI Bekasi Minta Pengiriman Siswa ke Barak Militer Dihentikan

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ikatan Guru Indonesia (IGI) menilai program pengiriman siswa bermasalah ke barak militer merupakan bentuk kegagalan sistemik dalam pendidikan nasional. IGI menyebut, program yang digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, bukan merupakan solusi permanen dan agar segera dihentikan.
Ketua IGI Kabupaten Bekasi, Prawiro Sudirjo, mengatakan bahwa penyelesaian masalah siswa tidak bisa dilakukan secara instan hanya dengan pendekatan militeristik.
“Kami melihat dengan mengirim siswa bermasalah ke barak militer itu bukan merupakan satu-satunya jalan terbaik bagi anak -anak,” ujarnya kepada Radar Bekasi.
Menurutnya, perlu dicari solusi yang lebih menyentuh akar persoalan. Pengiriman siswa bermasalah ke barak militer dinilai hanya solusi sementara.
“Ini hanya solusi sementara, namun tidak bisa menyelesaikan masalah secara permanen,” tuturnya.
Prawiro menyoroti pentingnya melihat kondisi lingkungan tempat tinggal anak. Menurutnya, faktor seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kemiskinan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak.
“Harus dilihat dulu kondisi lingkungannya seperti apa. Meski para siswa dimasukkan ke barak militer, tetapi jika lingkungan tidak ramah dan kondisi di rumah juga tidak nyaman, bukan tidak mungkin mereka akan kembali terlibat masalah,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa praktik mengirim siswa ke barak militer bertentangan dengan prinsip perlindungan anak dalam hukum nasional dan internasional. Ia pun meminta agar program tersebut dihentikan.
“Segera hentikan penempatan anak ke barak militer untuk tujuan apa pun. Jika diduga melanggar hukum, gunakan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak dan bukan keputusan yang melanggar hukum dengan penempatan anak di barak militer,” harapnya.
Prawiro menyarankan agar anak-anak bermasalah diberi ruang khusus untuk bercerita dan menggali akar persoalan mereka sebelum diambil langkah-langkah penanganan.
“Jangan buru-buru anak bermasalah dimasukkan ke barak militer, cari dulu akar masalahnya, buat ruang khusus agar si anak mau menceritakan apa penyebabnya. Ini bisa dilakukan selama 1-2 minggu,” saran Prawiro.
Ia juga menekankan pentingnya peran orangtua, keluarga, serta lingkungan RT dan RW dalam mencegah pergaulan negatif remaja. Menurutnya, aksi kenakalan remaja kerap terjadi karena kurangnya perhatian dan terbatasnya saluran ekspresi yang positif.
“Perang orangtua dalam mencegah pergaulan anak sangat dibutuhkan, sehingga mereka merasa bahwa keluarga selalu ada untuk mencari solusi terbaik, dan bisa dilakukan secara bertahap,” tandasnya. (dew)