
Oleh: Dahlan Iskan
Iran marah: dompetnya dicopet Israel. Dompet itu berisi triliunan dolar. Nama dompetnya: South Pars.
Maka Iran balas menyerang Israel Sabtu malam lalu. Sampai Minggu dini hari. Ratusan rudal disasarkan ke Israel. Demikian juga drone berpeluru. Serangan jarak jauh.
Dari wilayah Iran senjata itu harus melewati Iraq, Suriah, Yordania, atau Arab Saudi bagian utara. Israel pun ketika menyerang Iran juga dilakukan dari jarak jauh.
Kali ini Israel agak meremehkan kualitas serangan Sabtu malam itu. Tapi Israel mengakui 11 orang tewas di beberapa lokasi sipil. Meski meremehkan, Israel tidak malu memublikasikan foto-foto kerusakan kompleks apartemen –mungkin untuk untuk menarik simpati internasional: banyak sipil jadi korban serangan Iran.
Lihatlah betapa pejabat tinggi Israel menganggap serangan Iran itu sepele: “Ini hanya sama dengan penyerangan tahun lalu,” ujar pejabat tinggi militer Israel seperti dipublikasikan media di sana.
Waktu itu Iran menyerang Israel sebagai balasan atas serangan jarak jauh Israel.
Anda masih ingat serangan itu menewaskan Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas. Haniyeh dibunuh bersama seorang pengawal pribadinya di sebuah penginapan militer saat menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian di Teheran. Iran seperti ditabok kotoran di wajahnya. Tapi serangan balasannya berhasil ditangkis payung pertahanan Israel.
Sebenarnya serangan Iran Sabtu malam tidak sama benar dengan yang tahun lalu. Iran sudah belajar dari kegagalan itu. Tahun lalu Iran menyasar pangkalan-pangkalan militer Israel. Sasaran seperti itu terlindungi ketat oleh ”payung” keamanan. Senjata apa pun yang menyasar objek seperti itu akan ditangkis dengan canggih.
Sabtu malam lalu Iran benar-benar beda: menyasar apa saja, pokoknya di wilayah Israel. Hasilnya juga beda. Banyak roket Iran yang tidak berhasil ditangkis payung keamanan Israel.
“Serangan ini baru akan berhenti kalau Israel menghentikan serangan ke Iran,” ujar Menlu Iran Seyed Abbas Araghchi. “Begitu Israel menghentikan serangan otomatis Iran berhenti menyerang,” tambahnya.
Memang negara-negara tetangga Iran sangat khawatir atas perang antar rudal jarak jauh itu. Qatar, Dubai, Oman adalah ‘penguasa’ bisnis penerbangan internasional di kawasan itu. Jalur penerbangan mereka sangat terganggu: takut kena rudal nyasar.
Kenapa Israel menyerang dompet Iran bernama South Pars?
Menurut Israel dompet itu penuh dengan uang –sumber kekuatan pendanaan militer dan nuklir Iran. Bentuk dompet itu berupa instalasi gas alam raksasa di lepas pantai Iran. Tepatnya di selat Hormuz. Selat ini memisahkan Iran dan Qatar.
Saya pernah ke instalasi gas Iran itu. Waktu itu saya ingin membeli gas yang sangat murah dari Iran –agar kerugian PLN cepat menjadi laba. Tapi Anda sudah tahu: kita takut pada sanksi Amerika.
Waktu itu Iran baru saja memulai proyek LNG-nya di sana. Gas itu didinginkan sampai menjadi benda cair –untuk dikapalkan ke pasar internasional.
Saya melihat sendiri pembangunan instalasi LNG itu sedang dikerjakan. Ritme pengerjaannya terasa lambat. Iran dalam posisi sedang diisolasi oleh Amerika. Hanya terlihat satu crane besar yang beroperasi. Crane itu merek Amerika –mungkin sisa sebelum diboikot.
Saya berdiri di pinggir pantai Selat Hormuz. Saya mencoba memandang ke arah barat. Mata saya sampai saya picingkan. Saya ingin melihat apakah daratan Qatar terlihat di seberang sana: tidak terlihat. Berarti selat ini lebih lebar dari selat Sunda. Di Sunda kita bisa melihat daratan Lampung dari pantai Banten.
Di tengah laut inilah dompet gemuk Iran tersimpan. Persis di tengah antara Iran dan Qatar. Kalau garis perbatasan dua negara itu digoreskan di atas laut, posisi garisnya persis di tengah dompet itu.
Berarti dompet tersebut milik bersama Iran dan Qatar. Atau milik Qatar dan Iran. Cadangan gas yang ada di dalamnya terbesar di dunia: 1.800 triliun tcf. Luasnya dompet tersebut: 9.700 km –hampir 10.000 km2.
Iran tidak cepat-cepat menyedot gas itu dari sisi timur. Iran masih harus menunggu pembangunan instalasi LNG-nya selesai dibangun. Lambat. Posisi Iran yang sedang diisolasi membuat proyeknya tidak lancar.
Hebatnya, akhirnya Iran bisa. Tanpa barat, Iran mampu membangun proyek LNG yang teknologinya sangat tinggi itu.
Meski lambat tapi selamat. Instalasi itu akhirnya berhasil terbangun. Banyak yang heran: bagaimana Iran mampu membangun proyek petro chemical berteknologi tinggi secara mandiri.
Saya ikuti terus perkembangan pembangunan instalasi gas itu. Iran pun menyedot gas di selat Hormuz itu dengan sekuat tenaga.
Anda sudah tahu perkembangan terakhir: Iran sudah menyedot gas itu tidak hanya dari satu tempat. Kini penyedotannya sudah dari 30 blok.
Padahal saat saya ke sana baru mulai phase 1. Disebut juga phase pilot proyek. Phase 1 itu ditangani oleh Petropars, perusahaan minyak Iran sendiri.
Dibendung seperti apa pun Iran berhasil menyedot gas dari dompet terbesar di dunia itu dari arah timur. Tentu Iran tidak mau gas yang sama disedot terus oleh Qatar dari arah barat.
Qatar, dengan bantuan barat sudah lebih dulu menyedotnya. Qatar start lebih dulu. Daya sedotnya pun lebih besar dari yang dilakukan Iran.
Israel tidak senang atas sukses Iran itu. Maka instalasi gas itu dirudal. Terbakar. Rusak. Penyedotan gas pun terhenti.
Tidak seluruhnya. Dari 30 phase hanya satu yang dirudal Israel. Itu pun cepat diperbaiki. Berhasil diperbaiki. Tapi Iran sangat marah atas tindakan Israel itu.
Tentu Iran tidak sembarang merudal. Dari 30 phase itu ada juga yang dimiliki Iran bersama negara lain. Misalnya phase dua dan tiga. Yang mengerjakan adalah Petronas Malaysia bersama Gazprom Rusia. Malaysia begitu nekat. Malaysia berani melangkah masuk Iran.
Pashe 4 dan 5 dikerjakan bersama Agip. Phase 6 dan 8 dikerjakan oleh Korea Selatan khusus untuk dikirim ke Korsel.
Iran menduga serangan Israel itu disengaja untuk membuyarkan perundingan Iran-Amerika Serikat: soal pengembangan nuklir Iran. Perundingan itu sudah di tengah jalan –hampir mencapai kata sepakat.
Saya tidak ahli soal timur tengah. Saya sulit memilah mana berita yang akurat dan mana yang rekayasa. Apalagi kalau melihat foto dan video serangan. Dunia AI sudah begitu sempurna. Lama-lama serangan rudal yang sebenarnya pun tidak dipercaya dikira hasil olahan AI. (Dahlan Iskan)