Beranda Politik PKS Perlu Lepas Citra Eksklusif untuk Dongkrak Suara

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masih menjadi salah satu partai berpengaruh di Bekasi, dengan basis massa yang militan. Namun, era PKS ke depan akan dinilai di bawah kepengurusan periode baru yang telah terbentuk.
Pasca pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) DPD PKS Kabupaten maupun Kota Bekasi, kepengurusan seperti Ketua, Sekretaris, dan Bendahara (KSB) telah mengalami perombakan.
“Untuk di Bekasi itu kita tahu, baik kota maupun kabupaten sudah pernah merasakan menjadi penguasa, baik legislatif maupun eksekutif. Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi itu memang menjadi sebuah barometer,” ujar Pengamat Politik Bekasi, Roy Kamarullah, kepada Radar Bekasi, Minggu (7/9).
Menurut Roy, PKS merupakan partai berbasis kader. Setiap posisi pengurus memiliki syarat dan ketentuan internal. Misalnya, calon Ketua DPD harus mampu mengumpulkan poin tertentu, baik dalam kajian maupun sekolah politik yang diselenggarakan partai.
“Semua yang bisa duduk sebagai Ketua DPD itu, tidak dilihat dari usia, tetapi lebih kepada syarat dan ketentuan untuk menjadi Ketua DPD sudah terpenuhi apa belum. Karena PKS ini partai politik yang berbasis pada kader,” ungkapnya.
Roy menilai pergantian kepemimpinan di PKS tidak berdampak signifikan, karena sistem partai sudah berjalan baik dari tingkat rayon, ranting, hingga DPP.
“Kalau sekali ada instruksi, karena mereka itu adalah partai politik berbasis kader, maka kader sami’na wa atho’na. Mungkin satu-satunya partai yang kalau Pileg itu tidak terlampau ada gemuruh, ya Partai Keadilan Sejahtera (PKS), kalau yang saya lihat,” ucapnya.
Namun, penurunan raihan kursi DPRD Kabupaten Bekasi pada 2024 menjadi pekerjaan rumah bagi partai. Jumlah kursi turun dari 10 menjadi 7. Di sisi lain, PKS Kota Bekasi masih mempertahankan kemenangan dengan 11 kursi, meski sempat kehilangan satu kursi.
“Kalau saya melihatnya, sampai dengan saat ini PKS hanya menang di daerah perkotaan dan perumahan. Tapi belum mampu menelusuk jauh ke sudut perkampungan,” katanya.
Roy menambahkan, PKS masih dianggap eksklusif oleh sebagian masyarakat, identik dengan partai agama dan anggota berpendidikan tinggi. Hal ini membuat masyarakat awam merasa bukan target partai.
“Ini yang akhirnya membuat masyarakat awam itu merasa bukan pada tempatnya di PKS. Kalau ingin mendongkrak suara, harus melepas diri dari eksklusifnya itu,” jelasnya. (pra)