Pelaku Logistik Butuh Efisiensi Akses dan Tarif Tol Cibitung–Cilincing Lebih Terjangkau

1 day ago 15

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Desakan untuk mengintegrasikan koridor logistik kian menguat, seiring meningkatnya kebutuhan akan akses distribusi yang lebih efisien dan terjangkau bagi para pelaku logistik.

Jalan Tol Cibitung–Cilincing (JTCC) menjadi sorotan sebagai jalur strategis yang menghubungkan langsung kawasan industri di timur Jakarta dengan Pelabuhan Tanjung Priok. Tol ini diharapkan mampu memperlancar arus distribusi logistik nasional.

Urgensi integrasi ini semakin dirasakan, mengingat kemacetan yang masih terjadi di sejumlah ruas jalan tol Jakarta, seperti TB Simatupang–Tanjung Priok dan jalur arteri lainnya.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, Syafrin Liputo, menjelaskan pertumbuhan kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor utama penyebab peningkatan volume traffic Jakarta.

“Berdasarkan data jumlah kendaraan di Jakarta tahun 2024, setiap hari terdapat penambahan sekitar 2.500 sampai dengan 3.000 unit kendaraan,” jelasnya.

Disparitas tarif yang cukup besar antara JORR 1 dan JORR 2 juga turut mempengaruhi kemacetan di Jakarta. Banyak pengendara memilih untuk tidak menggunakan JORR 2 yang lebih mahal, sehingga arus kendaraan menumpuk di JORR 1 dan jalur pendukung yang terhubung.

“Dampaknya, kemacetan pun dirasakan langsung oleh masyarakat maupun pelaku logistik di lokasi tersebut,” katanya.

Sementara, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto, menyampaikan pandangannya mengenai pemanfaatan JTCC sebagai bagian dari JORR 2 oleh pelaku logistik.

Menurutnya, tol ini berpotensi mengurangi kemacetan dan mempercepat waktu tempuh menuju Pelabuhan Tanjung Priok karena memang dikhususkan untuk jalur kendaraan logistik, tidak seperti jalan tol lain yang dilalui berbagai jenis kendaraan dengan ritme kecepatan berbeda.

Namun, efektivitas dari keberadaan tol tersebut saat ini dirasa belum signifikan karena aspek tarif dan regulasi penggunaan.

“Tarif Tol Cibitung – Cilincing yang tinggi membuat perusahaan jasa logistik enggan menggunakannya dan lebih memilih jalur macet yang tidak berbayar atau pun tol yang lebih murah meski secara jarak lebih jauh,” ujarnya.

Hal tersebut menjadi salah satu penyebab utama masih terpusatnya akses menuju Pelabuhan Tanjung Priok melalui Tol Jakarta-Cikampek (Japek) dan jalur arteri lainnya, alih-alih menggunakan Tol Cibitung Cilincing. Ia juga menilai optimalisasi JTCC bisa berkontribusi terhadap efisiensi operasional logistik nasional.

“Kemacetan di jalur logistik menyebabkan pemborosan bahan bakar dan kenaikan biaya logistik yang dibebankan pada masyarakat. Jika lalu lintas lancar, secara langsung menyumbang pada penurunan kepadatan lalu lintas dan efisiensi logistik nasional. Pada akhirnya, pemerintah dan masyarakat juga akan memperoleh manfaat dari efisiensi tersebut,” katanya.

Dikatakan, pemerintah harus memahami kondisi riil di lapangan. Jika volume kendaraan di sebuah ruas tol sedikit dan jalan arteri tetap padat, maka penyebab utamanya kemungkinan besar adalah tarif tol yang terlalu mahal.

Kondisi ini menunjukkan bahwa infrastruktur baru belum optimal mendukung peralihan arus logistik.

“Oleh karena itu, diperlukan intervensi pemerintah untuk mendorong efisiensi distribusi barang, baik dari sisi waktu tempuh maupun biaya operasional agar jalur logistik dapat berjalan lebih efektif,” tegas Mahendra.

Terpisah, Kepala Induk Turangga 05 Korlantas Polri Induk PJR Cikampek, Kompol Sandy Titah Nugraha, menyatakan potensi JTCC dalam mengurai kemacetan.

Integrasi koridor wilayah logistik antara Tol Cibitung – Cilincing dengan jaringan tol lainnya seperti Japek akan membantu pemerataan lalu lintas logistik.

Tidak hanya memperlancar arus ke Pelabuhan Tanjung Priok, tetapi juga mengurai kepadatan di titik-titik krusial seperti Simpang Susun Cikunir yang selama ini menjadi titik temu kemacetan.

“Efisiensi ini akan sangat membantu bagi para pelaku logistik dan pengguna jalan secara umum,” ujarnya.

Ia turut menyoroti tarif JTCC yang masih menjadi kendala bagi pengendara kendaraan logistik. Terdapat paradigma blocking yang sudah tertanam pada pengemudi truk logistik, yang membuat mereka tetap memilih jalur yang yang lebih jauh seperti JORR 1 karena lebih murah.

“Sayangnya, dengan perhitungan operasional pengendara truk sumbu 3 ke atas, tarif Tol Cibitung – Cilincing masih menjadi kendala utama,” katanya.

Integrasi koridor wilayah logistik merupakan upaya menciptakan sistem jalur logistik yang terhubung secara strategis antar kawasan industri, pusat distribusi dan pelabuhan.

Selain meningkatkan kelancaran pengiriman barang, integrasi ini juga memungkinkan adanya penyesuaian dan penyelarasan tarif tol agar lebih terjangkau dan kompetitif.

Menanggapi kebutuhan integrasi koridor wilayah logistik dari para pelaku logistik, Dody Hanggodo, Menteri Pekerjaan Umum (PU) juga telah menyampaikan rencana untuk melakukan pengecekan terhadap tarif JTCC yang dinilai terlalu mahal. (oke)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |