Orangtua Murid Keluhkan Operasional Sekolah Swasta di Bekasi Utara

12 hours ago 5

Beranda Berita Utama Orangtua Murid Keluhkan Operasional Sekolah Swasta di Bekasi Utara

PROTES: Sejumlah orang tua siswa mendatangi sekolah swasta anaknya di Jalan Baru Perjuangan, Kelurahan Marga Mulya, Bekasi Utara, Jumat (13/6). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Puluhan orangtua murid mengeluhkan operasional sebuah sekolah swasta berkonsep internasional yang berlokasi di Jalan Baru Perjuangan Kelurahan Margamulya Kecamatan Bekasi Utara. Sekolah tersebut diduga tidak mengantongi izin resmi dan tidak memberikan layanan pendidikan sesuai janji awal.

Salah satu orangtua murid, Ashraf (33), mengaku anaknya yang duduk di kelas 1 SD justru belajar bersama siswa taman kanak-kanak (TK) berkebutuhan khusus dalam satu ruang kelas.

“Anak saya kelas 1 SD tapi digabung dengan anak TK berkebutuhan khusus. Itu tidak ideal,” ujarnya, Minggu (15/6).

BACA JUGA: KPAD Kota Bekasi Ungkap Terduga Pelaku Pelecehan Seksual Anak Terpapar Pornografi

Ashraf memutuskan menarik anaknya dari sekolah tersebut dan meminta pengelola segera memproses Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) agar anaknya bisa melanjutkan pendidikan formal di sekolah lain.

Senada, Silvia Legina (30), orangtua murid kelas K2, menyatakan sekolah menjanjikan kurikulum Cambridge, namun tidak menerapkannya.

“Kami dijanjikan kurikulum Cambridge, tapi yang diterapkan bukan kurikulum, melainkan katanya hanya berbasis Cambridge. Kenyataannya, semua materi pakai Bahasa Indonesia, pelajaran agama juga minim,” jelas Silvia.

Ia juga menyoroti dugaan bahwa sekolah tersebut belum terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Bahkan, perwakilan dinas disebut telah tiga kali mendatangi sekolah namun ditolak masuk oleh pihak pengelola.

BACA JUGA: Gangguan Server SPMB Jabar 2025 Diakui Parah

“Sekolah ini belum pernah diakreditasi. Padahal, untuk mengajukan izin kurikulum Cambridge harus melalui akreditasi dulu,” tegasnya.

Lebih lanjut, Silvia menyebut guru-guru belum tersertifikasi Cambridge dan tidak mendapat pelatihan yang memadai. Ia juga menyoroti pungutan tambahan, seperti biaya konseling Rp250 ribu saat pengambilan rapor, serta activity fee senilai Rp6,5 juta yang tidak jelas penggunaannya.

“Biaya mahal, tapi fasilitas dan program tidak sesuai janji. Anak saya TK B bahkan tidak pernah ikut kegiatan seperti visit dokter atau manasik haji yang dijanjikan,” tambahnya.

Keluhan serupa juga disampaikan Benny Sugeng Waluyo (42), orangtua siswa berkebutuhan khusus. Ia mengaku tergiur karena dijanjikan pendampingan khusus dan terapi psikologi, namun janji tersebut tak terealisasi.

“Saat dicek, tak ada guru pendamping di kelas, hanya satu guru menangani semua anak. Padahal kami sudah bayar Rp1 juta per tiga bulan untuk pendampingan,” ujar Benny.

Merasa dirugikan, Benny menyatakan pihaknya telah melaporkan pengelola sekolah ke polisi.

Radar Bekasi memantau, pertemuan antara orangtua murid, pengacara, dan pihak sekolah sempat dijadwalkan. Namun, kepala sekolah tidak hadir. Hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah belum memberikan klarifikasi resmi. (rez)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |