
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Wisata Jembatan Cinta di Desa Segarajaya Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi kini dalam kondisi tak terawat. Akibatnya, pengunjung pun sepi.
Jembatan yang terbuat dari perpaduan bambu dan kayu ini sudah mengalami kerusakan. Beberapa kayu di jembatan bahkan sudah rapuh dan mudah hancur saat dipijak.
Tanaman mangrove juga tumbuh subur, hampir menutupi sebagian besar jembatan. Kondisi tersebut membuat pengunjung merasa takut untuk melanjutkan perjalanan.
BACA JUGA: DPMD Kabupaten Bekasi Tunggu Regulasi Program Makan Bergizi Gratis
Bagi yang tetap nekat melangkah, mereka harus menunduk agar bisa menuju ujung jembatan atau pendopo yang kini sudah rusak parah.
Warga sekitar, Sulaiman (25), mengatakan bahwa kerusakan jembatan ini sudah terjadi sejak 2022. Tidak adanya perawatan menyebabkan jembatan ini semakin rusak dan tidak lagi diminati pengunjung.
“Rusak dari 2022 karena tidak dirawat. Sayang banget itu padahal dulu pernah menjadi wisata terhits di Bekasi,” kata Sulaiman, Sabtu (15/2).
Dia menambahkan, sejak berjaya pada 2017 hingga 2020, Jembatan Cinta selalu ramai pengunjung karena perawatan dan perbaikan jembatan masih dilakukan demi keamanan dan kenyamanan.
BACA JUGA: Ormas Tepis Tudingan Ganggu Investasi di Bekasi
Berbagai fasilitas pun mulai dibangun, seperti menara pantau. Namun, kini menara dan pendopo tersebut sudah tidak tampak lagi.
“Banyak juga keluhan para pedagang karena pengunjung sudah sepi dampak dari pengurus yang tidak bisa merawat lokasi pariwisata,” tambahnya.
Sepinya pengunjung juga berdampak pada warung-warung sekitar dan jasa sewa perahu nelayan. Dulu, saat menuju jembatan, terdapat warung yang menjual gorengan khas Tarumajaya, udang, dan kepiting. Kini, warung-warung tersebut sudah tidak ada lagi, bahkan pada akhir pekan.
“Kalau cuma bikin 10, 15 biji gorengan gak ada yang beli sepi, kita rugi. Jadi jual paling kopi es, ya yang bisa bertahan lama,” ucap Susi, salah satu pedagang.
Terpisah, Markum (45), nelayan yang beralih menjadi nelayan wisata, mengaku harus berpikir ulang untuk kembali menjadi nelayan pencari ikan karena penghasilannya dari perahu wisata sudah sangat sepi.
Dalam seminggu, dia hanya melakukan satu atau dua trip perjalanan, bahkan kadang tidak sama sekali. Dulu, ketika Jembatan Cinta dan wisata sekitar seperti Sunge Jingkem masih terawat, dia dan nelayan wisata lainnya ramai dikunjungi wisatawan, baik yang ingin berkunjung ke Sunge Jingkem maupun hanya menikmati matahari terbenam di perairan Tarumajaya.
“Alhamdulillahnya masih buka warung, jadi masih ada penghasilan. Walaupun gak sebanyak waktu Jembatan Cinta masih ramai dulu,” tandasnya. (ris)