Dokter Tirta Bahas soal Konsumsi Mie Instan Bahaya Bagi Kesehatan, Benarkah?

7 hours ago 4

Beranda gaya hidup Dokter Tirta Bahas soal Konsumsi Mie Instan Bahaya Bagi Kesehatan, Benarkah?

Potret Dokter Tirta saat menjelaskan konsumsi mie instan dalam kehidupan. Foto: YouTube Samuel Christ

RADARBEKASI.ID, JAKARTA- Mie instan sering kali menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Banyak stigma berkembang bahwa mengonsumsi mi instan terlalu sering bisa berbahaya bagi kesehatan. Isu-isu seperti mi instan yang dilapisi lilin hingga bumbu yang dianggap bisa memicu masalah kesehatan serius kerap menjadi perhatian. 

Namun, benarkah demikian?

Dokter sekaligus influencer kesehatan, Dokter Tirta, turut memberikan pandangannya terkait konsumsi mie instan dalam sebuah podcast bersama Samuel Christ. Menurutnya, jika ada makanan yang dianggap berbahaya, perlu diketahui penyebabnya secara jelas.

Dokter Tirta menegaskan bahwa mie instan tidak bisa langsung dikategorikan sebagai makanan berbahaya tanpa mengetahui alasan pastinya. 

“Enggak juga. Sekarang tak tanya, orang bilang mie instan bahaya, oke bahayanya apa? Semua netizen mie instan bahaya, tak tantang bahayanya apa? Bahayanya harus jelas. Kalau kita mau mengatakan sebuah makanan berbahaya, kita harus tahu bahayanya apa,” kata Dokter Tirta, dikutip dari tayangan YouTube Samuel Christ pada Rabu (12/3/2025).

Baca Juga: Lelah Hadapi Banjir, Warga Babelan Pemilik Sertipikat Minta Pemerintah Bebaskan Lahan di Bantaran Kali Bekasi

Dia menjelaskan bahwa mie instan dapat berpengaruh terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan dalam satu hari, misalnya 10 hingga 50 bungkus sekaligus. 

Hal ini tentu tidak realistis bagi kebanyakan orang. Jika seseorang mengonsumsi mie instan dalam jumlah besar dalam sehari, kandungan natrium yang tinggi di dalam bumbu mie instan bisa meningkatkan tekanan darah.

“Apakah kamu makan mie instan 50 kali sehari? Sekali makan apa kamu kuat 10 bungkus gitu?  Itu hanya karbo yang dibungkus tepung dan kasih bumbu, bumbunya natrium,” tutur Dokter Tirta.

“Kalau kamu makan mie terus-terusan dan kasih bumbunya natrium, kalau kamu makan mie instan terus-terusan sehari makan 10, tensimu naik. Kuat kamu sehari makan 10? Selama 10 tahun. Yang jadi masalah kita memandang makanan berbahaya kayak racun,” tambahnya

Lebih lanjut, pria berusia 33 tahun ini menyebut bahwa mie instan hanyalah sumber karbohidrat yang dibungkus dengan tepung dan diberi bumbu. Mie instan bukan makanan beracun, tetapi jika dikonsumsi tanpa tambahan nutrisi lain, maka kandungan gizinya sangat minim. 

Baca Juga: Cheryl Ruan Istri Bobon Santoso Tak Tahu Sang Suami Mualaf: Aku Belum Dapat Info

Oleh karena itu, mi instan sebenarnya lebih diperuntukkan untuk kondisi darurat atau sebagai makanan selingan, bukan untuk konsumsi utama setiap hari. Ia juga menyarankan agar konsumsi mie instan tetap diperhatikan dengan menambahkan bahan-bahan bergizi lainnya. 

“Mie instan itu enggak ada gizinya enggak ada proteinnya minimal. Mie instan ini digunakan untuk survival ternyata dari penelitian jika mie instan dimakan menggunakan sayur telur ada gizinya. Jadi mie instan dicampurkan dengan sayur yang pure sayur dan gunakan telur rebus 2 itu bisa mengurangi efek dari pengawetnya,” imbuhnya.

Dokter Tirta kembali menegaskan jika mie instan pada dasarnya tidak berbahaya, tetapi juga tidak memiliki kandungan gizi yang cukup jika dikonsumsi sendiri tanpa tambahan makanan lain. 

Mie instan hanya mengandung karbohidrat dan natrium, sehingga hanya berfungsi sebagai sumber energi tanpa memberikan nutrisi penting seperti protein, vitamin, dan mineral. 

Namun, jika mie instan dikombinasikan dengan sayuran (seperti sawi) dan protein (seperti telur), maka kandungan gizinya menjadi lebih seimbang dan bermanfaat bagi tubuh.

“Yang jadi masalah dia bukan berbahaya tapi dia enggak ada gizinya kalau hanya mie-nya aja. Mie instan itu enggak ada apa-apanya (tanpa sayur dan telur) enggak ada gizinya. Jadi cuman membuat kenyang tapi tidak ada gizinya selain sebagai sumber energi. Kalau mie instan ditambah sawi dan telur ada (gizinya),” sambung Dokter Tirta. (ce2)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |