Dunia Usaha Sulit Temukan Tenaga Kerja Serba Bisa

2 months ago 37

Beranda Cikarang Dunia Usaha Sulit Temukan Tenaga Kerja Serba Bisa

SAPA PESERTA: Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli menyapa peserta seminar Motivasi & Networking di President University Convention Centre, Cikarang Utara, Selasa (1/7). FOTO: ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tren kebutuhan tenaga kerja terus berkembang. Dunia usaha kini menuntut calon tenaga kerja yang memiliki kualifikasi lengkap dan kemampuan serba bisa.

Namun, pada 2025 ini, dunia usaha kesulitan menemukan kandidat yang sesuai dengan kualifikasi tersebut. Hal itu disampaikan Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, saat memberikan materi dalam seminar Motivasi & Networking di President University Convention Centre, Cikarang Utara, Selasa (1/7).

Yassierli menjelaskan, ketidaksesuaian antara kemampuan pencari kerja (pencaker) dengan kebutuhan industri menjadi salah satu faktor meningkatnya angka pengangguran, selain terbatasnya lapangan kerja.

BACA JUGA: Disnaker Kabupaten Bekasi Ungkap PT YMMA Abaikan Anjuran Hasil Mediasi Tripartit Soal PHK

“Riset menunjukkan bahwa industri membutuhkan skillset tertentu, termasuk hard skill dan soft skill. Tapi kemudian memang mereka dalam beberapa hal belum menemukan kandidat yang pas. Keterbatasan lapangan kerja, itu juga kita akui,” ucap Yassierli.

Ia menambahkan, para pengusaha kerap mengeluhkan sulitnya mendapatkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan. Pasalnya, pencetakan tenaga kerja tidak sejalan dengan kebutuhan industri saat ini.

Masalah ini, lanjut Yassierli, telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah pun telah menerapkan pendidikan vokasi guna meningkatkan kualitas pencaker, namun jumlah lulusan masih jauh dari kebutuhan industri.

“(Pendidikan vokasi,red) ada dampaknya. Tapi isunya (saat ini) itu adalah dari segi jumlah. Tahun lalu yang kami latih 140 ribu orang, sedangkan kebutuhan besar. Jepang itu butuh 800 ribu orang,” tambahnya.

Menurut Yassierli, untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja terlatih, diperlukan lebih banyak pelatihan. Namun, hal ini juga membutuhkan anggaran besar.

“Tahun lalu saya targetkan melatih 1 juta orang. Tantangannya ada pada jumlah pelatihan yang perlu ditingkatkan. Selain itu, program pelatihan juga harus menjawab kebutuhan skillset masa depan,” ujarnya.

Sementara itu, Chairman Jababeka dan Founder President University, SD Darmono, menekankan pentingnya keterhubungan antara pemerintah, dunia usaha, dan akademisi. Ketiga pilar tersebut harus duduk bersama untuk merumuskan kurikulum yang benar-benar sesuai kebutuhan industri.

“Pertemuan itu yang kami harapkan dari sisi dunia usaha maupun akademisi. Pemerintah hadir, dunia usaha ada, dan akademisi bersedia. Dan itu yang kami harapkan ke depan. Karena memang saya melihat ada miss match yang terus terjadi,” kata SD Darmono.

Kendati demikian, Darmono mengapresiasi berbagai program yang telah disiapkan Kementerian Ketenagakerjaan untuk menjembatani antara tenaga kerja dan dunia usaha. (ris)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |