RADARBEKASI.ID, BEKASI – Banjir merendam sejumlah permukiman di Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi sejak Minggu (18/5) hingga Senin (19/5) belum surut. Ketinggian air bervariasi antara 10 cm hingga 1 meter.
BPBD Kabupaten Bekasi mencatat, sekitar 3.000 jiwa dari 1.200 KK terdampak. Wilayah terdampak meliputi Perumahan Kartika Wanasari RW 31 dan RW 32, Citra Villa Wanasari RW 17, serta Trias RW 26 Kelurahan Wanasari.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bekasi, Dodi Supriadi, mengatakan banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan serta penyempitan saluran air.
BACA JUGA: Banjir Masih Genangi Ratusan Rumah di Kartika Wanasari Cibitung
“Masih terdapat beberapa rumah warga yang tergenang. Tidak ada yang mengungsi maupun korban jiwa,” ucap Dodi, Senin (19/5).
Menurutnya, air mulai merendam permukiman warga sejak Minggu (18/5) sekitar pukul 18.00 WIB. Hingga Senin, genangan masih terjadi di sejumlah titik, terutama di Perumahan Kartika Wanasari. Banjir turut menghambat aktivitas warga.
“Mengganggu aktivitas masyarakat, khususnya anak-anak sekolah dan warga yang akan berangkat dan pulang kerja,” tambahnya.
BPBD telah melakukan berbagai upaya penanganan, seperti menerjunkan perahu karet, menelusuri sumber banjir, serta berkoordinasi dengan kelurahan dan warga.
BACA JUGA: 100 KK di Bantargebang Langganan Banjir
Hasil asesmen juga mencatat adanya kebutuhan mendesak selain bantuan logistik dan makanan siap saji, termasuk normalisasi kali yang menyempit akibat bangunan liar di pinggir sungai.
“Normalisasi kali karena terjadi penyempitan yang diakibatkan di pinggir kali ada bangunan,” terangnya.
Selain di Cibitung, banjir juga merendam permukiman di Kampung Bojong RT 03 RW 03, Desa Bojongsari, Kecamatan Kedungwaringin. Banjir disebabkan oleh meluapnya Sungai Citarum dan Sungai Cibeet yang diperparah hujan deras. Aktivitas belajar mengajar di sekolah dasar setempat turut terganggu.
“Korban terdampak banjir tersebar di RT 001/01 Dusun 1 sebanyak 6 Kepala Keluarga (KK), RT 002/01 Dusun 1 sebanyak 15 KK, RT 005/02 Dusun 1 sebanyak 25 KK, RT 001/ 03 Dusun 2 sebanyak 25 KK, RT 003/03 Dusun 2 sebanyak 57 KK, RT 004/04 Dusun 2 sebanyak 35 KK dan RT 005/04 Dusun 2 sebanyak 40 KK,” tutur Dodi.
Meski sudah mulai surut dengan ketinggian 10 hingga 30 sentimeter, banjir di Bojongsari tetap menyisakan dampak. Namun dipastikan tidak ada korban jiwa.
“Air sudah mulai surut ketinggian 10 hingga 30 centimeter,” tandasnya.
Di Perumahan Kartika Wanasari, banjir sejak Minggu (18/5) masih menggenangi ratusan rumah hingga Senin (19/5), dengan ketinggian air 30 sentimeter hingga 1 meter. Akses keluar-masuk warga terganggu. Jalan utama perumahan yang biasa digunakan sebagai jalur alternatif menuju Pantura dan Pasar Induk Cibitung pun ikut terendam. Terlebih, Jalan Raya Bosih tengah ditutup akibat proyek pembangunan jembatan Kali Sadang.
BERSIHKAN LUMPUR: Warga membersihkan sisa lumpur di bantaran Kali Baru Desa Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan, Senin (19/5). FOTO: ARIESANT/RADAR BEKASI
Beberapa warga tampak berjaga di depan rumah demi mengamankan barang-barang mereka. Dua mobil dilaporkan mogok dan diparkir di sekitar minimarket karena terjebak banjir.
Warga RW 32, Rully Oktaviana (51), menyebut banjir disebabkan curah hujan tinggi dan buruknya sistem drainase. Selain itu, penyempitan aliran Kali Sadang memperparah kondisi.
“Kalau curah hujan tinggi udah pasti banjir. Sungai ada penyempitan juga, jadi meluap. Mungkin karena pembuangan salurannya aja tersumbat,” ujarnya.
Menurut Rully, banjir di perumahan ini sudah terjadi tiga kali dalam sepekan. Biasanya air cepat surut, namun kali ini sudah lebih dari sehari belum juga surut.
“Biasanya setengah hari sudah surut, tapi ini udah sehari semalem belum surut,” tambahnya.
Hal senada diungkapkan warga lain, Dwi Hardono (54). Ia menilai lambatnya surut air disebabkan penyempitan Kali Sadang akibat proyek pembangunan jembatan di Jalan Raya Bosih.
“Perumahan ini cekung. Dari perumahan sebelah dan aliran sungai airnya juga ke sini. Artinya inputya besar sementara outnya kecil,” ujar Dwi.
Ia menyebut sekitar 600 kepala keluarga terdampak.
Banjir ini tidak hanya mengganggu aktivitas warga, tetapi juga merusak sejumlah fasilitas umum, seperti jalan, serta menurunkan kualitas bangunan milik warga.
“Sebenarnya ini dari daerah selang menuju ke pasar induk, karena akses ditutup sehingga lewat perumahan kartika. Itu salah satu upaya juga pelebaran,” tandasnya.
Sementara itu, di Tambun Selatan, luapan Kali Baru juga menyebabkan banjir di dua desa, yaitu Desa Tridaya Sakti dan Desa Mangunjaya, pada Minggu (18/5) malam. Banjir terjadi usai normalisasi kali yang belum sepenuhnya tuntas, ditambah curah hujan tinggi.
Pada Senin (19/5), banjir sudah surut namun menyisakan lumpur dan sampah. Beberapa warga masih membersihkan rumah mereka.
Mariyani (58), warga Desa Mangunjaya, mengaku air mulai naik sekitar pukul 16.00 WIB dengan ketinggian mencapai 70 centimeter. Jalan akses warga pun sempat tertutup air hingga pukul 21.00 WIB.
“Banjirnya parah. Dari saya gadis, baru ini kali ini banjir sampai sebetis. Air kali langsung naik cepat,” ucap Mariyani.
Akibat banjir, mesin jet pump miliknya rusak karena terendam. Ia mengaku rumahnya tidak pernah kebanjiran sebelum dilakukan normalisasi kali.
“Karung-karung bahan pakaian saya sampai basah semua. Alhamdulillah nggak ada lumpur, tapi rasanya repotnya, capeknya. Sampai tadi aku bersihin mesin-mesin, mau menjahitkan mesinnya pada basah, pada kotor, bekas air-air. Ini kan hitam lah air-airnya,” tambahnya.
Meski telah surut, Mariyani bersama keluarganya masih dihantui rasa khawatir akan banjir susulan yang terjadi. Karena cuaca yang mendung dan diperparah kondisi bekas penertiban bangunan liar yang belum dirapihkan, seperti sampah-sampah dari kerukan normalisasi.
“Jadi sekarang was was. Takutnya begitu lagi kan. Kulkas saya taruh di atas meja sekarang. Barang-barang elektronik ditaruh di atas semua, diamanin lah ya. Jadi saya takut, takut hujan lagi nih,” terang Mariyani.
Meski air telah surut, Mariyani masih khawatir akan banjir susulan. Ia juga berharap pemerintah segera membersihkan sisa lumpur dan sampah hasil normalisasi, serta membangun taman atau jalan di lahan bekas penertiban yang kini terbengkalai.
“Saya ingin sampahnya dibersihkan dan lahannya dirapikan. Kalau bisa, cepat dibangun jalan agar tidak semrawut,” harapnya. (ris)