Mengunjungi Kediaman Zahaby Gholy, Penggawa Timnas Indonesia U-17: Dari Gang Sempit Cikunir ke Panggung Dunia

1 week ago 17

Beranda Berita Utama Mengunjungi Kediaman Zahaby Gholy, Penggawa Timnas Indonesia U-17: Dari Gang Sempit Cikunir ke Panggung Dunia

BANGGA: Ayahanda Zahaby Gholy, Ahmad, menunjukan sejumlah pencapaian yang diraih anaknya. RAIZA SEPTIANTO

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kemenangan Timnas Indonesia U-17 atas Yaman terasa sangat spesial di Cikunir. Khususnya di lingkungan permukiman salah satu penggawa timnas, Zahaby Gholy. Seperti apa?

Malam itu, gang sempit di kawasan Cikunir, Jakamulya, berubah jadi arena pesta. Di antara deretan rumah-rumah padat, layar tancap berdiri, dikelilingi warga yang duduk berjejal di atas tikar. Mereka menyaksikan Timnas U-17 bertanding melawan Yaman dalam laga krusial, Senin (7/4) malam.

Tepuk tangan dan sorakan menggema, namun di menit ke-18, suara riuh itu memuncak—Zahaby Gholy, putra bungsu warga setempat, mencetak gol pembuka.

BACA JUGA: Zahaby Gholy Bersinar, Indonesia Lolos ke Piala Dunia U-17 Usai Bungkam Yaman 4-1

Bagi kebanyakan orang, itu mungkin hanya sebuah gol. Tapi bagi Ahmad, yang di lingkungan akrab disapa Bang Gemblong, itu adalah puncak dari doa yang tak pernah henti.

“Terharu banget… campur sedih juga karena bangga,” ucapnya pelan. Mata Ahmad berkaca-kaca saat menceritakan detik-detik ketika anaknya mencetak sejarah.

Gol itu bukan hanya membuka jalan kemenangan. Gholy juga mencatatkan satu assist dan mengantar Indonesia lolos ke Piala Dunia U-17—pertama kalinya dalam sejarah. Dan semua itu berawal dari tanah lapang kecil dan tangan seorang ayah yang sabar menemani anaknya menendang bola sejak usia tiga tahun.

“Dulu saya ajak ke SSB Garuda Putra cuma buat main-main, ternyata dia serius,” kata Ahmad sambil tersenyum.

BACA JUGA: Bocah Bekasi Ini Cetak Gol dan Assist ke Gawang Yaman, Bang Gemblong: Selamat, Indonesia ke Piala Dunia U-17

Kini, dari lapangan kampung itu, Gholy meniti jalan panjang: bergabung dengan Persija, masuk pelatnas, hingga akhirnya mengenakan jersey merah-putih yang membanggakan.

Ahmad sendiri tak asing dengan dunia sepak bola. Ia pernah memperkuat Persija Timur di level Suratin, bermain bersama nama-nama besar, termasuk Maman yang kini jadi legenda Persija.

“Kalau saya dulu setengah jalan, sekarang Gholy yang nerusin. Dan dia bisa lebih jauh, Insya Allah,” ujarnya mantap.

Tapi perjalanan itu tak mudah. Melepas seorang remaja ke pemusatan latihan di Yogyakarta selama sebulan, apalagi saat momen Idulfitri, bukan perkara ringan.

BACA JUGA: Bang Gemblong Berharap Ini ke Zahaby Gholy di Laga Timnas U-17 Indonesia vs Yaman

“Biasanya lebaran bareng. Tahun ini dia di sana. Tapi nggak apa-apa, hasilnya sebanding. Alhamdulillah,” kata Ahmad, menahan rindu.

Di Cikunir, setiap laga Gholy jadi semacam perayaan. Warga menggelar nonton bareng, bersorak, dan sering diakhiri dengan doa bersama. Tak hanya untuk kemenangan, tapi juga untuk keselamatan dan masa depan Gholy.

Karena di mata warga, Gholy bukan hanya kebanggaan keluarga, tapi simbol harapan kampung. Anak gang kecil yang bisa menembus stadion besar.

Kini, sang ayah menyimpan harapan baru—agar Gholy dilirik klub luar negeri, meniti karier profesional di Eropa, dan menjadi inspirasi bagi anak-anak lain yang tumbuh dari jalanan sempit dan mimpi besar.

“Kalau bisa ke Eropa, itu luar biasa buat kariernya. Buat masa depan dia juga,” harap Ahmad, dengan sorot mata penuh optimisme.

Bagi Bang Gemblong, sepak bola bukan sekadar pertandingan. Tapi jalan hidup, warisan mimpi, dan kini, lewat Gholy, jalan itu terbuka menuju panggung dunia. Dari gang sempit di Cikunir, mimpi itu kini menembus batas negeri.(rez)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |