Tim Gerakan Anak Negeri saat memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. FOTO: ISTIMEWA
RADARBEKASI.ID, SUMATERA – Upaya kemanusiaan terus digencarkan di kawasan terdampak bencana Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Gerakan Anak Negeri kembali memperluas jangkauan pelayanan dengan membuka dua titik posko kesehatan, masing-masing di Gereja HKBP Betania, Muara Batang Toru, dan di Pasar Ampolu, Muara Ampolu, Kecamatan Muara Batang Toru. Kedua lokasi tersebut dipilih karena dekat dengan permukiman paling terdampak, di mana warga sulit mencapai fasilitas kesehatan akibat akses jalan yang rusak parah.
Perjalanan menuju lokasi bukan tanpa hambatan. Relawan harus menembus jalur berbatu, tanah licin, serta wilayah yang masih dipenuhi genangan lumpur akibat banjir bandang. Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat mereka untuk memastikan pelayanan kesehatan tetap hadir di tengah masyarakat.
Koordinator Relawan Gerakan Anak Negeri, Muhammad Indra, mengatakan pembukaan posko dilakukan untuk menjawab kebutuhan darurat masyarakat yang tidak dapat melakukan perjalanan jauh ke pusat layanan medis.
“Banyak warga tinggal di area yang sulit dijangkau setelah bencana. Karena itu kami memutuskan untuk membuka posko lebih dekat dengan permukiman terdampak,” ujarnya.
Di posko tersebut, relawan memberikan pelayanan kesehatan dasar, pemeriksaan medis, penanganan luka ringan, hingga pendampingan bagi warga yang membutuhkan rujukan lanjutan ke fasilitas kesehatan. Petugas medis juga terus memantau potensi penyakit pascabencana seperti infeksi kulit, diare, demam, hingga gangguan pernapasan akibat lingkungan yang tidak steril.
“Kami berharap keberadaan posko ini dapat membantu pemulihan kesehatan masyarakat dan memastikan mereka tetap mendapatkan layanan medis meskipun akses jalan masih terbatas,” lanjut Indra.
Gerakan Anak Negeri juga terus mendata kelompok rentan — anak-anak, lansia, dan ibu hamil untuk memastikan mereka mendapatkan prioritas penanganan.
Namun di balik upaya kemanusiaan tersebut, kisah pilu warga masih jelas terasa. Salah satunya dialami Elmina Narambe (52), warga Muara Ampolu yang selamat dari banjir bandang pada 25 November 2025. Air bah datang tiba-tiba, menghantam rumah-rumah dan menenggelamkan kampung hanya dalam hitungan menit. Elmina terjebak sendirian di rumahnya. Air terus naik hingga lebih dari dua meter, memaksa dirinya menyelamatkan diri tanpa membawa banyak barang.
Ia bertahan bersama warga lain selama empat malam dan tiga hari di dataran tinggi. Tanpa listrik dan alat komunikasi, mereka tidak dapat menghubungi keluarga maupun meminta bantuan. Ketika persediaan air bersih habis, mereka terpaksa meminum air banjir yang keruh.
“Kami saring dengan kain, biarkan semalaman sampai agak jernih, baru masak dan minum,” cerita Elmina.
“Kami minum bukan karena mau, tapi karena ingin bertahan hidup.”
Setelah banjir surut, Elmina akhirnya bertemu kembali dengan anak dan tiga cucunya. Meski syukur tak henti ia panjatkan, beban kehidupan baru saja dimulai. Rumah-rumah hilang, harta benda tersapu, dan masyarakat kini bertahan hanya dengan harapan bantuan datang tepat waktu.
Gerakan Anak Negeri menyatakan akan terus memperluas jangkauan layanan hingga seluruh wilayah terdampak terakses bantuan.
Untuk meringankan beban korban banjir bandang dan longsor di wilayah Sumatera, Gerakan Anak Negeri membuka donasi. Dana dapat disalurkan melalui Bank Mandiri dengan nomor rekening 133-00-32756611 atas nama Yayasan Negeri Satu Bangsa atau melalui Kitabisa. (why)

3 hours ago
9

















































