RADARBEKASI.ID, BLITAR — Tim Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB University, kembali hadir di Blitar dengan menyelenggarakan Sekolah Lapang bertajuk “Pengembangan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Budidaya Ikan Koi Melalui Pengembangan Teknologi Digital”.
Acara digelar di Joglo Koi Park Blitar, Dusun Kuwut, Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jumat (26/9) malam.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program Dospulkam IPB yang pertama kali dilaksanakan pada 2024, dengan fokus literasi digital dan digital marketing bagi petani koi.
Tahun ini, program kembali didanai oleh Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim IPB University, dengan penekanan pada pemanfaatan Internet of Things (IoT) dalam budidaya koi serta pelatihan pembuatan film pendek untuk petani dan generasi muda Dusun Kuwut.
Kegiatan ini diinisiasi oleh dua dosen IPB University, Mahmudi Siwi, SP, M.Si dan Dr. Dwi Retno Hapsari, SP, M.Si, serta dibantu mahasiswa pascasarjana dari Program Studi Sosiologi Pedesaan.
Acara ini juga berkolaborasi dengan Tim Koi Park Blitar dan dihadiri sekitar 40 peserta, mulai dari petani koi muda maupun senior hingga pemuda-pemudi Dusun Kuwut.
Dalam sambutannya, Ketua Tim Dospulkam IPB, Mahmudi Siwi, berharap teknologi digital bisa membuka peluang lebih besar bagi petani.
“Semoga petani koi di sini bisa lebih sukses lagi dalam budidaya koinya dengan memanfaatkan teknologi digital,” ujarnya.
Mahmudi kemudian memaparkan kerangka kerja umum IoT untuk budidaya koi. Ia menegaskan, biaya pemasangan perangkat IoT relatif terjangkau, sekitar Rp1,5 juta.
“Dengan modal tersebut, petani koi bisa mulai memanfaatkan IoT untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi budidaya,” jelasnya.
Dalam sesi diskusi, seorang petani muda bernama Adami menyampaikan tantangan generasi muda dalam mengajak petani senior beradaptasi dengan IoT.
“Agak sulit mengajak para petani yang sudah tua untuk ikut menggunakan IoT, mereka masih ragu,” katanya.
Keraguan serupa juga muncul dari sebagian peserta lain yang menilai IoT butuh modal besar, harus memakai kolam beton, dan baru bisa dipercaya bila sudah ada contoh nyata keberhasilannya.
Menanggapi hal itu, Mahmudi menegaskan, penerapan IoT di Dusun Kuwut berpotensi menjadi solusi, khususnya dalam mengatasi masalah ketersediaan air bagi petani koi.
Sesi berikutnya diisi oleh Dr. Dwi Retno Hapsari, SP, M.Si, yang membawakan materi pelatihan pembuatan film pendek. Ia menjelaskan teknik pengambilan video, tips storytelling, langkah-langkah produksi film pendek, memberikan contoh konten populer di media sosial, serta praktik langsung dalam pembuatan film pendek.
“Film pendek bisa menjadi sarana untuk promosi, edukasi, sekaligus membangun citra positif budidaya koi. Dengan kreativitas, konten sederhana pun bisa berdampak besar,” tuturnya.
Usai pemaparan, peserta diajak berdiskusi sebelum acara ditutup dengan makan malam bersama dan sesi foto bersama.
Naning, pemilik Koi Park Blitar, bersama Yasin selaku perwakilan perangkat desa, turut menyampaikan apresiasi.
“Terima kasih atas adanya Dospulkam IPB kali ini. Semoga kerangka kerja IoT bisa segera didemokan di Koi Park Blitar agar petani bisa merasakan langsung manfaatnya,” kata Naning.
Dengan kolaborasi antara akademisi, komunitas lokal, dan pemerintah desa, diharapkan teknologi digital dapat semakin memperkuat posisi petani koi Blitar dalam menghadapi tantangan pasar global. (*)