RADARBEKASI, BEKASI– Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Kota Bekasi mengungkap fakta yang cukup mengkhawatirkan. Penyakit hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas menjadi temuan paling dominan di kalangan warga yang mengikuti program tersebut.
Hasil ini menjadi peringatan serius bagi masyarakat Kota Bekasi untuk lebih memperhatikan pola hidup sehat dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, hingga awal pekan ini tercatat lebih dari 374 ribu warga telah mengakses layanan CKG. Tingkat partisipasi masyarakat juga terbilang tinggi, dengan tingkat kehadiran mencapai 93 persen, atau sekitar 349 ribu warga yang benar-benar hadir dan mengikuti pemeriksaan kesehatan.
“Program ini masih berjalan dan terus dilakukan secara terjadwal di sekolah maupun di Puskesmas,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Satia Sriwijayanti, Kamis (23/10).
Sementara itu, Sekretaris Dinkes Kota Bekasi, Fikri Firdaus, menjelaskan bahwa antusiasme masyarakat terus meningkat dari bulan ke bulan. Sepanjang Oktober saja, jumlah pendaftar mencapai 102.475 orang, dengan 106.538 warga sudah menerima layanan pemeriksaan kesehatan.
Angka ini, kata Fikri, masih bisa bertambah hingga akhir bulan seiring meningkatnya kesadaran warga akan pentingnya deteksi dini penyakit.
Sejak diluncurkan secara nasional pada 10 Februari 2025, program CKG terbukti efektif dalam mengidentifikasi berbagai penyakit kronis di masyarakat. “Dari hasil CKG diperoleh gambaran seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan risiko penyakit jantung,” terang Fikri.
Untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kesadaran masyarakat, Dinkes Kota Bekasi melakukan sejumlah langkah. Di antaranya, melakukan sosialisasi kepada masyarakat, mengintensifkan advokasi dengan pimpinan daerah, serta berkoordinasi dengan kelompok masyarakat. Selain itu, Wali Kota Bekasi juga telah menerbitkan surat edaran tentang optimalisasi pelaksanaan CKG di seluruh wilayah kota.
Program CKG merupakan salah satu program Quick Win atau hasil cepat pemerintah dalam bidang kesehatan. Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet Paripurna memperingati satu tahun pemerintahan, pada Senin (20/10), menyebut bahwa program ini sudah menjangkau lebih dari 43 juta warga Indonesia.
“Sebanyak 43 juta orang sudah menggunakan program cek kesehatan gratis. Ini program pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia,” kata Presiden.
Selain penyakit tidak menular seperti hipertensi dan obesitas, hasil pemeriksaan juga menunjukkan tingginya masalah kesehatan gigi dan mulut di masyarakat. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan besar terhadap tenaga dokter gigi, di tengah fakta bahwa Indonesia masih kekurangan sekitar 140 ribu dokter umum serta ribuan dokter spesialis di berbagai daerah.
Secara nasional, evaluasi pelaksanaan CKG terus dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan, Sukadiono, menyebut bahwa partisipasi masyarakat terhadap layanan kesehatan gratis menunjukkan tren peningkatan signifikan.
“Lima provinsi dengan capaian tertinggi adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sumatera Utara,” ungkapnya.
Namun, di beberapa wilayah seperti Kalimantan Utara, Papua Tengah, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Pegunungan, capaian program masih rendah.
Menurut Sukadiono, kondisi geografis yang sulit dijangkau, keterbatasan sarana dan prasarana, serta kurangnya sumber daya manusia kesehatan menjadi faktor utama yang menghambat pemerataan layanan CKG di wilayah tersebut.
Ia juga mengusulkan agar pemerintah memberikan penghargaan bagi daerah dengan capaian tertinggi sebagai bentuk apresiasi sekaligus motivasi bagi daerah lain. Selain itu, ia mendorong percepatan program CKG melalui Instruksi Presiden (Inpres) agar pelaksanaannya semakin optimal dan merata.
“Kita perlu menindaklanjuti berbagai isu utama dalam pelaksanaan CKG agar program ini bisa berjalan optimal di seluruh Indonesia,” ujarnya dalam keterangan di laman resmi Kemenko PMK.
Dari sisi pelaksanaan teknis, Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunikasi Kementerian Kesehatan RI, Maria Endang Sumiwi, menegaskan bahwa CKG berfungsi untuk mendeteksi kondisi pra-penyakit, menemukan penyakit lebih awal, serta mencegah penyebab kematian akibat penyakit tidak menular.
“Program ini bukan hanya sekadar layanan pemeriksaan, tetapi juga upaya besar untuk memperkuat sistem deteksi dini kesehatan masyarakat,” jelasnya.
Khusus pelaksanaan CKG di sekolah, capaian nasional telah menembus lebih dari 13 juta siswa, melebihi target awal sebanyak 9,6 juta siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran kesehatan sejak dini semakin meningkat, terutama di kalangan pelajar.
Hingga kini, hampir seluruh kabupaten dan kota di Indonesia telah menjalankan program CKG, menyisakan hanya empat daerah yang belum melaksanakan karena kendala teknis. Kementerian Kesehatan terus berupaya melakukan pembenahan, mulai dari perbaikan sistem pendataan, penyediaan bahan medis habis pakai, peningkatan kolaborasi lintas instansi, hingga pengembangan aplikasi berbasis web untuk mempermudah pelaporan.
Maria menambahkan, rancangan Inpres CKG ditargetkan bisa diajukan kepada Presiden pada awal 2026, sebagai dasar hukum penguatan program nasional tersebut.
Program Cek Kesehatan Gratis diharapkan dapat menjadi pondasi penting menuju masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan sadar akan pentingnya deteksi dini penyakit. Namun, tingginya angka hipertensi dan obesitas di Kota Bekasi menjadi alarm bagi semua pihak bahwa perubahan gaya hidup sehat masih harus digencarkan. (sur)

6 hours ago
8

















































