Beranda Metropolis KPAD Dampingi Korban dan Terduga Pelaku Perundungan, Pendekatan Berbasis Anak Jadi Prioritas
Ketua KPAD Kota Bekasi, Novrian. Foto: Zakky Mubarok/Radarbekasi.id
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi, Novrian, pihaknya telah melakukan pendampingan bagi kedua belah pihak baik korban maupun terduga pelaku perundungan di sekolah wilayah Pondok Gede.
Ia mengatakan, penanganan kasus anak memang tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa. Banyak aspek yang harus diperhatikan, mulai dari kondisi psikologis, perlindungan hak anak, hingga keseimbangan antara pembinaan dan penegakan hukum.
“Pendekatan kita berbasis anak. Tidak bisa disamakan dengan kasus orang dewasa,” jelasnya, Minggu (27/10).
KPAD, lanjut Novrian, memahami tekanan psikologis yang kini dirasakan kedua keluarga.
“Ibu korban jelas mengalami trauma, tapi orangtua pelaku juga tertekan karena anaknya harus berhadapan dengan polisi. Kita dampingi dua-duanya,” tambahnya.
Ia juga menilai, kasus Z menjadi momentum bagi semua pihak memperkuat sistem keamanan di sekolah. KPAD bersama Disdik akan meninjau ulang mekanisme kerja Satgas TPPKSP, agar lebih responsif dalam menangani laporan kekerasan.
BACA JUGA: Dewan Wildan: Kasus Dugaan Perundungan di Sekolah Pondok Gede Jadi Alarm Serius
“Kita akan kawal agar mekanisme pencegahan dan penanganan di sekolah berjalan benar. Sekolah harus jadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak,” ujarnya.
Perundungan di sekolah bukan fenomena baru. Banyak kasus tak pernah sampai ke publik, karena dianggap hal kecil atau “bagian dari kenakalan anak.” Padahal, menurut para pemerhati anak, bullying adalah bentuk kekerasan yang dapat meninggalkan luka psikologis jangka panjang.
Sering kali, pelaku bahkan tidak menyadari bahwa perilakunya termasuk kekerasan.
Dari ejekan ringan, perundungan bisa berkembang menjadi pengucilan sosial hingga kekerasan fisik, seperti yang dialami Z.
“Bullying adalah fenomena gunung es. Yang terlihat hanya sedikit, padahal di bawah permukaan, jumlahnya jauh lebih besar,” ujar Novrian.
Karena itu, ia menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan kepada orangtua dan guru. Orangtua, kata dia, harus peka terhadap perubahan perilaku anak, sementara sekolah wajib membangun budaya saling menghargai di antara siswa.
“Orangtua adalah tempat pertama anak belajar empati dan menghargai. Sekolah tinggal melanjutkan,” tambahnya. (sur)

1 week ago
27















































