RADARBEKASI.ID, BEKASI – Industri 5.0 merujuk pada teknologi untuk mengakomodasi otomatisasi dan digitalisasi dalam industri dan sektor produksi.
Prof. Hirohiko Mori, Ph.D. dari Department of Intelligent Systems Tokyo City University (TCU), Jepang, mengatakan Society 5.0 merupakan masyarakat yang berpusat pada manusia danmenyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah-masalah sosial dengan sistem yang sangat mengintegrasikan ruang siber dan ruang fisik.
Jepang negara pertama yang memperkenalkan visi industri 5.0. Mereka menyebut industri 5.0 dengan istilah Society 5.0.
“Orientasi industri 5.0 adalah kerja sama antara manusia dan mesin,” ujar Doktor Neuropsikologi alumnus Keio University, Jepang tersebut.
Mori mengatakan hal itu pada International Conference on Management Technology, Engineering, and Design (Icomted), pada Sabtu 7 Desember 2024. Pertemuan internasional itu berlangsung di balai riung (ballroom) Gedung Pakuan Siliwangi (GPS) lantai 1 kompleks kampus Universitas Pakuan (Unpak) di Jalan Tegallega, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Lebih lanjut dikatakan Mori, konsep mendasar industri 5.0 adalah keberlanjutan, berpusat pada manusia, dan ketahanan. Mori yang menjadi guru besar bidang Interaksi Manusia dan Komputer itu menekankan, fokus tidak hanya pada industri, tetapi juga seluruh sistem di masyarakat.
Menurut Mori tiga teknologi yang menjadi kunci dalam industri 5.0 adalah kecerdasan buatan atau artificial intelligence(AI) dan robot, Internet of Things (IoT), dan analisis big data.Hal itu membedakannya dengan masyarakat informasi (information society). Beragam sektor seperti agroindustri, kesehatan, perdagangan, dan transportasi dalam kehidupan ini menggunakan teknologi itu.
Ketua penyelenggara Icomted ke-2 yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Dr. Henny Suharyati, M.Si. dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Prof. Abdul Talib Bon dari Universitas Tun Hussein Onn Malaysia. Penyelenggaraan Icomted ke-2 antara lain berkat dukungan Abdul Talib. Henny mengatakan, keahlian dan komitmennya untuk memajukan pengetahuan sangat berharga dalam mewujudkan konferensi internasional ini.
Henny melaporkan Icomted 2024 menghadirkan delapan pembicara utama internasional. Mereka ahli terkemuka di bidangnya yang memberikan wawasan yang tak ternilai berbagai topik termasuk manajemen, teknologi, desain, dan ilmu pengetahuan.
Konferensi ini juga sukses dalam hal partisipasi akademik dengan 79 naskah jurnal hasil penelitian dari dalam dan luar negeri. Hal itu termasuk beragam presentasi makalah lengkap dan 10 sesi poster penelitian mutakhir dari berbagai universitas di seluruh dunia.
Sementara itu Rektor Universitas Pakuan Prof. Dr. Rer. Pol. Ir. H. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU., Asean Eng., APEC Eng. dalam sambutannya menyatakan, revolusi industri keempat mewakili pergeseran paradigma dalam cara kita mendekati manufaktur, pemberian layanan, dan inovasi.
Teknologi seperti kecerdasan buatan, internet of things, blockchain, dan robotika canggih mengubah industri dan menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Pada saat yang sama, kemajuan ini menuntut kita untuk menata ulang strategi manajemen tradisional, merangkul metodologi yang lincah, dan mendorong kolaborasi antardisiplin ilmu.
Konferensi ini bukan sekadar platform untuk berbagi pengetahuan dan memamerkan inovasi. Namun, konferensi ini juga merupakan pertemuan para pemikir yang berkomitmen untuk memecahkan tantangan global dan mendorong pembangunan berkelanjutan.
Tema Icomted ke-2 adalah Achieving Industrial Revolution 4.0 Through Recent Advancement in Management and Technology (Mencapai Revolusi Industri 4.0 Melalui Kemajuan Manajemen dan Teknologi Mutakhir). Pada kongres internasional itu akademisi dan praktisi dari berbagai negara seperti Indonesia, Jepang, Pakistan, Uzbekistan, Nigeria, dan Malaysia menyampaikan hasil-hasil penelitian terbaru di bidang teknologi, manajemen, komunikasi, dan desain.
Pembicara lain, Dr. Kurnia Hardi, S.S., S.E., M.B.A., dari PT Ericsson Indonesia mengawali paparan mengenai kasus pandemi Covid-19. Menurut Kurnia pandemi itu melambungkan bisnis di mana-mana yang mengutamakan digital. Teknologi membentuk kembali industri, model bisnis, dan rantai pasokan ketika pandemi melanda—karena orang-orang menuntut pengalaman yang lebih tanpa sentuhan dan online.
Kurnia juga mengatakan, basis industri 5.0 terdiri atas kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), internet of things (IoT), otomatisasi, dan analisis big data. Kecerdasan buatan antara lain digunakan untuk diagnostik perawatan kesehatan yang bersifat personalisasi dan jaringan telekomunikasi.
Sementara itu penggunaan internet of thing untuk pemeliharaan prediktif, memprediksi kegagalan peralatan, menjadwalkan pemeliharaan, dan meningkatkan produktivitas.
Menurut Kurnia otomatisasi bermanfaat untuk meningkatkan produksi, menyederhanakan proses, mengurangi campur tangan manusia, meningkatkan kualitas, dan penghematan biaya. Analisis big data digunakan untuk proses manufaktur, memantau produksi, dan mendeteksi anomali pada waktu nyata. (*)