Kisah Perjalanan Sartija Arizona sebagai Kades Sukadaya

1 day ago 23

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Jalan berliku harus dilalui seorang pengrajin besi, Sartija Arizona, untuk duduk sebagai Kepala Desa Sukadaya.

Meski harus tumbang di pertarungan perdananya sebagai kepala desa, anak ketiga dari lima bersaudara ini tak patah arang hingga akhirnya dengan kegigihannya berhasil mengantarkannya sebagai kepala desa.

Tak semua perjuangan meraih kepemimpinan dibayar lunas pada langkah pertama. Sartija Arizona, pria kelahiran Bekasi, 28 Agustus 1976, adalah buktinya. Berbekal tekad baja dan semangat pantang menyerah, ia berhasil menapaki jejak sang ayah sebagai Kepala Desa Sukadaya pertama, meski harus tersandung di awal perjuangannya.

Perjalanan panjang Sartija dimulai pada 2012. Saat itu, ia memutuskan terjun ke Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Sukadaya, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi. Dengan sekitar 5.978 Daftar Pemilih Tetap (DPT), Sartija maju bersama empat calon lainnya. Sayangnya, langkah perdananya harus terhenti di posisi kedua.

“Pada Pilkades 2012 saya gagal. Saya berada di urutan kedua dari lima calon yang maju,” kenangnya saat berbincang dengan Radar Bekasi, Minggu (1/6).

Kekalahan itu tak membuatnya tenggelam dalam kecewa. Hanya berselang seminggu setelah Pilkades, ia kembali menggeluti usahanya sebagai pengrajin besi, bidang yang sudah lama menjadi tumpuan hidupnya. Demi memulai kembali dari nol, ia rela menggadaikan motornya untuk modal usaha.

“Saat itu saya harus gadai motor buat modal. Alhamdulillah usaha saya kembali jalan. Saya bisa eksis lagi,” ujar Sartija, mengenang masa-masa sulit namun penuh harapan itu.

Dorongan Warga dan Tekad Keturunan

Tak sekadar pengrajin, dalam dirinya mengalir darah kepemimpinan sang ayah, yang pernah menjadi Kepala Desa Sukadaya pertama. Itulah sebabnya, banyak warga mulai mendorongnya kembali maju di Pilkades 2018. Dorongan itu menjadi bara semangat yang membakar tekad Sartija untuk kembali bertarung.

Ia pun mulai blusukan sejak 2016, menyambangi warga satu per satu usai mengantar dagangannya. Tak ada tim kampanye, tak ada iring-iringan relawan. Dengan celana pendek khasnya dan keyakinan penuh di dada, ia melakukannya seorang diri.

“Setiap pulang ngirim barang, dapat uang Rp1 juta sampai Rp2 juta, saya langsung blusukan. Enggak pulang ke rumah, langsung keliling warga. Saya sendiri, enggak ada yang ngawal. Keadaan saya waktu itu miris, tapi tekad saya sudah bulat,” katanya.

Pergerakan aktif Sartija membuat suasana politik mulai memanas. Bahkan, menjelang Pilkades 2018, ada pihak-pihak yang mencoba menghentikan langkahnya dengan tawaran uang ratusan juta rupiah. Namun, ia tak tergoda.

“Tekad saya sudah bulat, enggak bisa berubah. Saya tolak tawaran itu. Saya tetap maju,” tegasnya.

Akhirnya Terpilih

Pilkades 2018 hanya diikuti dua calon: Sartija dan petahana. Kali ini, usaha kerasnya berbuah manis. Dukungan masyarakat yang telah ia bangun perlahan namun pasti, membawanya meraih suara terbanyak dan terpilih sebagai Kepala Desa Sukadaya.

“Alhamdulillah, atas kehendak Allah dan cinta masyarakat, saya bisa terpilih. Saya melawan incumbent saat itu,” tuturnya.

Meski telah menjabat, gaya kepemimpinan Sartija tak berubah. Ia tetap suka berbaur, menyapa warga, mendengar langsung keluh kesah mereka tanpa jarak. Ia percaya, dengan membaur dan mendengar, solusi akan lebih mudah ditemukan.

“Saya selalu bilang ke warga, kalau ada keluhan sampaikan langsung ke saya. Jangan sungkan. Nongkrong bareng juga enggak masalah,” ujarnya, tersenyum.

Mimpi yang Belum Selesai

Selama memimpin, Sartija fokus membenahi persoalan dasar seperti jalan lingkungan, saluran irigasi, dan fasilitas umum lainnya. Namun, ia sadar, belum semua persoalan rampung. Itulah sebabnya ia kembali menaruh harapan untuk periode kedua.

“Insya Allah saya siap maju kembali. Saya berharap warga memberi kesempatan kedua, agar program-program yang belum tuntas bisa saya selesaikan,” ujarnya penuh harap.

Sartija Arizona adalah kisah tentang ketekunan, keberanian melawan arus, dan kesetiaan pada warga. Dari bengkel besi yang sederhana, ia membangun jalan menuju kepemimpinan. Dan kini, ia kembali mengetuk pintu kepercayaan warganya—bukan dengan janji, tapi dengan bukti yang telah ia tunjukkan.(pra/*)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |