Suhu Udara Global Makin Panas, Naik 1,5 Derajat Lebih Panas, WMO Waspadai Bencana dan Gagal Panen

5 hours ago 7

Beranda Internasional Suhu Udara Global Makin Panas, Naik 1,5 Derajat Lebih Panas, WMO Waspadai Bencana dan Gagal Panen

Ilustrasi suhu panas.

RADARBEKASI.ID, SWISS – Suhu udara global makin panas. Laporan terbaru dari World Meteorological Organization (WMO) menyebutkan tahun 2024 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat di Bumi. Suhu rata-rata global tahun lalu mencapai 1,55 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan masa sebelum revolusi industri (tahun 1850–1900).

WMO menjelaskan, hasil pengamatan dari enam sumber data iklim menunjukkan hal yang sama: suhu Bumi meningkat tajam. Bahkan, periode 2015 hingga 2024 kini resmi disebut sebagai dekade terpanas sepanjang sejarah. Kenaikan suhu ini berdampak besar terhadap kehidupan, mulai dari cuaca ekstrem, kebakaran hutan, kekeringan, hingga naiknya permukaan air laut.

Menurut laporan dari Anadolu Agency (AA), peningkatan panas ini disebabkan oleh semakin banyaknya gas rumah kaca di atmosfer. Gas-gas seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan dinitrogen oksida (N₂O) terus meningkat akibat pembakaran bahan bakar fosil, penebangan hutan, dan aktivitas industri. Akibatnya, panas dari sinar matahari terperangkap di atmosfer dan membuat suhu Bumi terus naik.

BACA JUGA: Suhu 37 Derajat, Siang di Bekasi Terasa Seperti Berada di Dalam Oven

Tak hanya udara yang memanas, laut pun mengalami hal serupa. Suhu air laut pada 2024 mencapai titik tertinggi dalam sejarah pengamatan. Panas laut ini menyebabkan pencairan es di kutub dan mengubah pola cuaca dunia. Akibatnya, badai, banjir, dan kekeringan terjadi lebih sering dan lebih parah dibandingkan sebelumnya.

Dampaknya juga dirasakan langsung oleh miliaran orang di seluruh dunia. Berdasarkan laporan dari Euronews Green, sekitar 4 miliar orang mengalami setidaknya satu bulan tambahan suhu panas ekstrem sepanjang tahun 2024. Panas yang menyengat ini membuat banyak orang menderita kelelahan, dehidrasi, bahkan kematian akibat suhu tinggi.

Beberapa negara mengalami dampak yang lebih parah. Di India, suhu mencapai lebih dari 50°C, sementara di beberapa wilayah Eropa dan Afrika, musim panas berlangsung lebih lama dari biasanya. Kondisi ini mengganggu kesehatan, pertanian, dan pasokan air bersih. Banyak tanaman gagal panen karena kekeringan dan banyak daerah menghadapi krisis air.

Peningkatan suhu juga terus terjadi di awal tahun ini. Berdasarkan laporan dari Reuters, bulan Mei 2025 menjadi bulan Mei terpanas kedua dalam sejarah dunia. Data dari lembaga pengamatan iklim Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), menunjukkan bahwa 21 dari 22 bulan terakhir mencatat suhu rata-rata global lebih tinggi dari 1,5 derajat Celsius, batas aman yang disepakati dalam Paris Agreement.

Kondisi ini membuat para ahli iklim khawatir. Mereka memperingatkan bahwa jika dunia tidak segera mengurangi emisi gas rumah kaca, suhu global bisa melewati 2 derajat Celsius sebelum tahun 2050. Jika itu terjadi, dampak perubahan iklim akan jauh lebih berat, lebih banyak bencana, gagal panen, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Sekretaris Jenderal WMO, Prof. Celeste Saulo, mengatakan bahwa situasi ini adalah “peringatan keras bagi seluruh dunia.” Ia menegaskan bahwa semua negara harus segera bertindak, dengan cara mengurangi emisi karbon, beralih ke energi ramah lingkungan, dan memperkuat sistem peringatan dini untuk menghadapi bencana iklim.

“Krisis iklim bukan sesuatu yang akan datang , ini sedang terjadi sekarang,” ujar  Prof. Celeste Saulo.

Berbagai laporan ini menunjukkan bahwa pemanasan global bukan lagi ancaman masa depan, tetapi kenyataan yang kita alami hari ini. Suhu udara semakin panas, laut memanas, dan cuaca menjadi tidak menentu. Dunia perlu bergerak cepat untuk melindungi bumi dari kerusakan yang lebih parah. Jika tidak, generasi mendatang akan mewarisi planet yang jauh lebih sulit untuk ditinggali. (jpc)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |