Ibu Korban Dugaan Perundungan di Sekolah Pondok Gede Berbulan-bulan Perjuangkan Keadilan Anak

1 week ago 23

Beranda Bekasi Ibu Korban Dugaan Perundungan di Sekolah Pondok Gede Berbulan-bulan Perjuangkan Keadilan Anak

LAPORAN: Orangtua korban dugaan perundungan menunjukan laporan kepolisian atas tindakan yang dialami di sekolah anaknya. FOTO: ISTIMEWA

RADARBEKASI.ID, BEKASI — Wajah Amel (35) tampak lelah namun matanya menyimpan keteguhan. Sudah berbulan-bulan ia memperjuangkan keadilan bagi putranya, Z (11), siswa sekolah dasar di wilayah Pondok Gede, Kota Bekasi, yang diduga menjadi korban bullying atau perundungan oleh teman sekelasnya.

Luka di tubuh sang anak boleh jadi telah mengering, tetapi luka di hatinya masih jauh dari sembuh. Z kini bersekolah di tempat baru. Namun trauma yang ia bawa dari pengalaman pahit di sekolah lamanya masih kerap muncul.

“Saya kecewa dan memikirkan mental anak saya,” ucap Amel lirih, mengingat kembali peristiwa yang membuat putranya enggan kembali ke ruang kelas yang dulu akrab baginya.

Kisah itu bermula dari tindakan pemalakan kecil di sekolah, sesuatu yang sayangnya sering dianggap sepele. Beberapa teman sekelas Z kerap memintanya uang jajan. Z menolak. Penolakan sederhana itu ternyata berakhir tragis. Pertengahan Mei lalu, saat jam pelajaran, empat siswa menggiring Z masuk ke dalam kelas tanpa guru. Pintu dikunci dari dalam. Di ruangan yang semestinya menjadi tempat belajar itu, Z justru menerima serangan fisik dari dua siswa lain. Akibatnya, tubuh kecilnya memar di beberapa bagian dan hasil rontgen menunjukkan adanya pergeseran tulang bahu.

“Unsur awalnya itu pemalakan. Karena tidak dikasih uang, anak saya dipancing masuk ke kelas, lalu dikunci dan dipukul,” cerita Amel.

Peristiwa itu menjadi puncak dari serangkaian perlakuan tidak menyenangkan yang dialami Z. Ia mengaku anaknya kerap pulang murung, kadang menolak berangkat ke sekolah.

“Saya pikir awalnya cuma malas belajar, ternyata dia takut,” tambahnya.

Mediasi antara orangtua korban dan terduga pelaku telah dilakukan pihak sekolah, namun tanpa hasil berarti. Amel merasa upayanya justru berakhir di jalan buntu. Ia menilai pihak sekolah dan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi kurang responsif.

“Saya sudah lapor sejak Juni, tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut,” keluhnya.

Kekecewaan itulah yang mendorong Amel mengadu ke DPRD Kota Bekasi, meminta agar perundungan yang dialami anaknya diusut tuntas.

Ia berharap pelaku mendapat sanksi yang adil, bukan karena ingin membalas, melainkan untuk mencegah kejadian serupa menimpa anak lain.

“Saya cuma ingin sekolah lebih peduli. Jangan anggap remeh bullying,” ujarnya. (sur)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |