Beranda Cikarang Pemkab Bekasi Dirikan Tenda Darurat untuk Korban Penggusuran

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah Kabupaten Bekasi mendirikan tenda darurat sebagai tempat tinggal sementara bagi warga yang terdampak penggusuran 515 bangunan liar di bantaran Sungai Sekunder. Lokasi penggusuran mencakup Desa Waluya, Desa Karangraharja, dan Desa Karangasih, Kecamatan Cikarang Utara.
Tenda tersebut disediakan khusus bagi warga yang masih bertahan di lokasi lantaran belum mendapatkan tempat tinggal baru setelah rumah mereka digusur karena berada di tanah pengairan.
“Kalau tenda sudah jadi, silakan ditenda,” ujar Wakil Bupati Bekasi, Asep Surya Atmaja, Rabu (22/10).
Menurut Asep, tenda ini merupakan solusi jangka pendek. Selain itu, pihaknya juga mempersilakan warga untuk tinggal sementara di showroom miliknya.
“Bisa di showroom saya dulu boleh. Bisa menampung 200 orang sambil kita pikirkam solusi ke depannya. Di sini ada tiga toilet, dibanding dia di luar kehujanan dan kedinginan nanti sakit,” tuturnya.
Asep juga menyarankan warga untuk membeli tanah kavling dengan harga terjangkau agar dapat membangun rumah layak dan menetap secara permanen.
“Saya menawarkan cari tanah kavlingan, yang sangat murah. Apakah sehari Rp10 ribu sampai Rp15 ribu dikali sebulan sudah Rp300 ribu dikali berapa tahun, 10 tahun lebih 15 tahun. Dan akhirnya mereka bisa menetap dan punya rumah disitu,” katanya.
Selain itu, warga juga dihimbau memanfaatkan program pemerintah pusat berupa rumah subsidi tanpa uang muka. Pemerintah Kabupaten Bekasi baru-baru ini menghadiri peluncuran 3 juta rumah subsidi tanpa DP yang sangat meringankan beban masyarakat.
“Andai kata punya rezeki lebih langsung ke rumah tanpa DP. Masyarakat tinggal bayar cicilan. Jadi solusinya ada. Secara lingkungan, masyarakat juga bersih dan kesehatannya juga bagus,” terang Asep.
Ia menambahkan, penertiban bangunan liar yang dilakukan Pemkab Bekasi sudah sesuai prosedur. Warga telah diberikan tenggang waktu untuk membongkar bangunannya secara mandiri dan pindah ke tempat yang legal. Penertiban ini bertujuan menata lingkungan agar tidak kumuh dan mengurangi risiko banjir.
“Kita sudah bicara dengan warga yang digusur. Nggak enak kalau banjir, gara-gara bangli jadi banjir. Jadi satu-satunya adalah ayolah kita berdikari. Kita mau berusaha. Ini pembelajaran buat kita,” kata Asep.
Warga Hutang Ke Bank Keliling Untuk Sewa Kontrakan
Tidak memiliki uang dan tidak adanya kompensasi membuat sejumlah warga korban penggusuran nekat meminjam uang dari bank keliling. Salah satunya Atin (36), warga Desa Waluya. Ia terpaksa meminjam uang dari rentenir untuk menyewa kontrakan demi memiliki tempat tinggal sementara dan menjaga barang-barangnya agar tidak hilang atau rusak.
“Daripada tidur di puing-puing reruntuhan, anak juga kasihan. Jadi ya pinjam aja dulu, mau gimana lagi. Yang penting bisa punya tempat berteduh sementara,” ucap Atin.
Sebelum digusur, Atin tinggal bersama suami, dua anak, dan ibunya. Suaminya hanya bekerja serabutan dan sejak penggusuran belum mendapat pekerjaan tetap. Dari bank keliling, ia meminjam Rp2 juta.
“Kalau nggak gitu, mau tinggal di mana lagi? Barang-barang aja sudah banyak yang rusak waktu dibongkar,” tandasnya. (ris)