RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dunia pendidikan di Kota Bekasi tengah bersiap menyongsong babak baru menuju era digital. Pekan depan, Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan hadir langsung dalam peluncuran penggunaan Interactive Flat Panel (IFP) atau Smartboard di salahsatu sekolah menengah pertama di kota tersebut. Peluncuran ini menjadi simbol dimulainya penerapan pembelajaran berbasis teknologi di Indonesia secara lebih luas.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, mengatakan bahwa peluncuran akan dilakukan pada 17 November mendatang.
“Kami rencanakan launching penggunaan IFP oleh Pak Presiden yang nanti akan kita selenggarakan di salahsatu SMP di Bekasi,” ujarnya di Jakarta.
Menurut Abdul, teknologi pembelajaran interaktif seperti IFP menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan daerah terpencil. Pemerintah menargetkan pada akhir tahun 2027, setiap sekolah di Indonesia akan memiliki enam perangkat IFP.
“Teknologi dapat menjangkau yang tidak terjangkau dan membuat pembelajaran menjadi sangat inspiratif,” katanya.
Teknologi IFP memungkinkan proses belajar-mengajar menjadi lebih menarik, interaktif, dan kolaboratif. Guru dapat menampilkan berbagai konten multimedia, menggambar langsung di layar, hingga mengundang siswa berpartisipasi dalam diskusi digital secara real-time.
Namun, teknologi hanyalah alat. Abdul Mu’ti menegaskan, keberhasilan digitalisasi pendidikan sangat bergantung pada kreativitas dan inovasi guru. Tanpa hal itu, manfaat dari perangkat canggih seperti IFP bisa hilang begitu saja.
“Guru tetap menjadi kunci. Teknologi hanya efektif jika digunakan oleh pendidik yang mampu berinovasi dan memanfaatkan potensi digital dengan maksimal,” jelasnya.
Untuk mendukung hal itu, pemerintah menggandeng aplikasi desain Canva agar guru dapat menciptakan bahan ajar yang lebih inspiratif. Pelatihan pembuatan media pembelajaran kreatif pun akan digencarkan mulai tahun 2026.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi, Alexander Zulkarnain, memastikan sejumlah guru telah mendapat pelatihan penggunaan teknologi IFP. Ke depan, pelatihan akan diperluas agar seluruh guru di Kota Bekasi mampu beradaptasi dengan pembelajaran digital.
“Sebentar lagi di tahun 2026 akan kita mulai pelatihan menggunakan Canva untuk membantu mempermudah pembuatan media pembelajaran,” ucapnya.
Menurut Alex, penerapan IFP di sekolah bukan sekadar mengganti papan tulis dengan layar digital, melainkan meningkatkan kualitas penyampaian materi. “Interactive Flat Panel itu sebenarnya alat bantu digital yang digunakan oleh guru untuk mempermudah proses pembelajaran. Sehingga diharapkan pembelajaran akan semakin berkualitas,” ujarnya.
Aplikasi desain, lanjutnya, juga akan memperkaya pengalaman belajar siswa. “Karena pembelajaran itu harus menarik. Guru harus bisa membuat paparan dan media visual yang menumbuhkan minat belajar siswa,” imbuhnya.
Pengamat pendidikan Imam Kobul Yahya menilai langkah pemerintah mengimplementasikan IFP adalah lompatan besar dalam transformasi pendidikan nasional. Namun, ia menekankan bahwa esensi kemajuan tetap terletak pada kreativitas guru.
“Kalau kreatif pasti bisa. Sekreatif mungkin guru harus bisa menjalankan program ini dengan baik. Kuncinya kreativitas dalam membuat materi pembelajaran,” ungkapnya.
Menurut Imam, bahan ajar yang menarik secara visual terbukti meningkatkan daya serap siswa terhadap materi. “Paparan yang membosankan membuat siswa kehilangan fokus. Tapi dengan visual yang menarik, anak-anak akan lebih antusias dan mudah memahami,” tuturnya.
Ia mencontohkan, melalui teknologi digital, siswa dapat mempelajari hal-hal yang sebelumnya sulit dijangkau secara langsung. “Anak-anak akan mendapatkan informasi lebih, bahkan tentang hal yang tidak bisa mereka lihat secara nyata di lingkungan mereka,” katanya.
Meski prospeknya menjanjikan, Imam menilai implementasi IFP tetap membutuhkan persiapan matang. Salah satu aspek penting adalah penyesuaian ruang kelas.
Menurutnya, pembelajaran menggunakan layar digital akan optimal jika ruang kelas memiliki pencahayaan yang dapat diatur. “Penggunaan IFP lebih efektif jika ruangnya tertutup seperti laboratorium, sehingga seluruh siswa, termasuk yang duduk di belakang, bisa melihat dengan jelas,” sarannya.
Selain itu, aspek keamanan dan perawatan perangkat juga harus diperhatikan. “Smartboard itu sensitif, jadi perlu perlindungan ekstra. Apalagi di daerah rawan banjir, harus dipastikan perangkat tidak rusak karena air atau pemadaman listrik,” ujarnya.
Beruntung, Kota Bekasi dinilai sudah siap dari sisi infrastruktur. Pasokan listrik dan jaringan internet yang stabil menjadi modal kuat untuk menjalankan program ini. “Kota Bekasi sudah tidak memiliki masalah dengan listrik dan internet. Tinggal bagaimana sekolah menjaga dan mengoptimalkan perangkatnya,” pungkas Imam.
Peluncuran IFP di SMP Negeri 4 Kota Bekasi akan menjadi tonggak penting bagi pendidikan nasional. Inovasi ini diharapkan tidak hanya menciptakan kelas yang modern dan menarik, tetapi juga melahirkan generasi pembelajar kreatif, kritis, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Jika berjalan sesuai harapan, Bekasi bisa menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara teknologi, guru kreatif, dan dukungan pemerintah mampu menciptakan pendidikan yang lebih hidup, setara, dan inspiratif bagi seluruh anak bangsa.(sur)

2 weeks ago
26

















































