
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Saat banyak sektor usaha tertekan akibat ekonomi lesu, industri kecantikan justru menunjukkan tren sebaliknya. Klinik perawatan kulit dan wajah tetap ramai dikunjungi masyarakat, bahkan mencatatkan peningkatan signifikan sepanjang 2025. Salah satunya ditunjukkan oleh Derma Express yang baru saja membuka cabang ke-22 di kawasan Bekasi Central Business District (BCBD), Rabu (27/8/).
COO Derma Express, dr. Angel, mengatakan kesadaran masyarakat terhadap perawatan diri semakin tinggi dan menjangkau lintas usia.
“Faktanya, bukan hanya anak muda yang peduli perawatan. Sekarang ibu-ibu usia 40, 50, bahkan 60 tahun pun ingin tampil segar. Mereka datang bukan lagi karena FOMO, tapi karena ingin benar-benar tahu apa masalah kulitnya,” kata Angel.
Angel juga mengungkapkan tren baru yang kini banyak diminta pasien, yaitu mengubah wajah agar mirip dengan hasil filter di media sosial. Permintaan paling banyak adalah mentiruskan wajah dan memuluskan kulit tanpa jerawat maupun flek.
“Terkait permintaan itu ada, bahkan banyak, mereka (pasien) membawa foto hasil filter dan bilang ke dokter ‘Saya mau seperti ini, dok’,” jelas Angel.
Namun, pihak klinik tidak selalu mengabulkan semua keinginan pasien. Menurut Angel, dokter terlebih dahulu mempertimbangkan apakah permintaan itu realistis.
“Kalau permintaannya realistis, tentu bisa. Tapi kalau tidak realistis, misalnya hidung terlalu lancip atau bentuk wajah yang sama sekali berbeda, ya kami harus jujur tidak bisa,” tegasnya.
Selain permintaan wajah seperti filter, tren perawatan juga bergeser dari sekadar mengatasi jerawat atau flek hitam ke arah konturing wajah. Treatment seperti botox rahang, mesolipo pipi, hingga filler dagu menjadi layanan favorit.
“Banyak pasien datang bawa foto hasil filter. Kalau permintaannya realistis tentu bisa, tapi kalau berlebihan kami harus jelaskan tidak bisa,” tambah Angel.
Menurut Angel, media sosial bukan hanya memengaruhi selera pasien, tapi juga ikut mendorong perkembangan bisnis klinik. Review di Google maupun testimoni pasien lewat aplikasi internal menjadi strategi menjaga kepercayaan publik.
“Sekarang zamannya sosmed. Orang bisa cek rekam jejak klinik sebelum datang. Kami bahkan minta pasien isi review secara anonymous, jadi lebih jujur. Itu yang bikin kami bisa berkembang pesat,” ungkapnya.
Meski kompetisi di dunia kecantikan semakin ketat, Angel menegaskan pihaknya menjaga standar legalitas produk dan transparansi harga.
“Kalau pakai bahan ilegal itu kan berisiko. Yang legal saja hasilnya sudah bagus, kenapa cari yang ilegal? Kami juga tidak ada jebak-jebakan. Pasien tahu harga dari awal, bayar di depan, setelah treatment tidak ada tambahan lagi,” katanya.
Angel menilai kondisi ini membuktikan industri kecantikan mampu bertahan, bahkan tumbuh, ketika sektor lain sedang tertekan.
“Di tengah situasi ekonomi yang disebut ‘carut-marut’, jujur, puji Tuhan, klinik kami dan skincare tetap naik. Buat saya kualitas tidak pernah mengkhianati hasil,” pungkasnya. (rez)