Beranda Cikarang Cerita Pedagang Minuman Khas Betawi Selendang Mayang di Kabupaten Bekasi: Sering Keliling, Musim Panas Cepat Habis
SIAPKAN SELENDANG MAYANG: Dede menyiapkan Selendang Mayang di Desa Cibuntu, Cibitung, Senin (24/11). FOTO: ARIESANT/RADAR BEKASI
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Selendang Mayang mulai sulit ditemukan di Kabupaten Bekasi. Hanya beberapa pedagang, seperti Dede (33), yang masih menjajakan minuman khas Betawi tersebut.
Selendang Mayang tercatat oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai karya budaya dalam domain kemahiran dan kerajinan tradisional sejak 2019.
Menurut sejarah, minuman yang terbuat dari perpaduan gula merah, santan, dan tepung-tepungan ini telah dikenal sejak 1940. Nama Selendang Mayang diberikan agar mudah dikenali masyarakat.
Biasanya, minuman ini disajikan dengan es, manis, dan diberi topping kenyal berwarna-warni yang menjadi ciri khasnya.
Dede bercerita bahwa ia telah delapan tahun berjualan Selendang Mayang. Ia awalnya belajar resep dari temannya yang lebih dulu berjualan, hingga mampu mempertahankan usaha bertahun-tahun di Kabupaten Bekasi.
“Aslinya kerja jaga toko, usaha di sini alhamdulillah sampai sekarang,” ucap Dede saat menunggu pembeli di depan Kantor Desa Cibuntu, Cibitung, belum lama ini.
Sehari-hari, pria asal Pandeglang, Banten ini lebih sering berkeliling dengan gerobak sepeda motor daripada mangkal di ruko atau lahan sewaan. Rutenya biasanya dari Kampung Poncol Dukuh, Desa Sukadanau, Cikarang Barat, ke Rawa Banteng, Desa Mekarwangi, hingga wilayah Desa Cibuntu, Cibitung.
“Biasanya kalau ada ramai-ramai mangkal di situ, tapi seringnya keliling,” katanya.
Beberapa tahun lalu, Dede mengatakan bahwa di kampung halamannya terdapat enam hingga tujuh pedagang Selendang Mayang yang merantau ke Kabupaten Bekasi.
Namun, kini jumlahnya berkurang karena banyak yang memilih bekerja. Di rute yang dilaluinya setiap hari, hanya ia dan satu temannya yang masih menjajakan minuman ini.
“Mungkin karena banyak jajan lain, yang jual Selendang Mayang jadi sedikit. Bisa dibilang langka juga. Kadang orang heran karena baru menemukan, tapi kita namanya usaha terus ikhtiar. Alhamdulillah rezeki tetap ada,” terang Dede.
Setiap hari, Dede berkeliling. Di atasnya terpasang nampan besar berisi topping warna-warni menyerupai agar-agar, terbuat dari sagu aren.
Sagu aren yang sudah dimasak diberi pewarna dan ditata rapi di nampan. Di sisi gerobak, ia menyimpan es batu. Meski tampilan gerobaknya sederhana, minuman ini tetap menarik perhatian pembeli.
“Tepatnya terbuat dari sagu aren. Jadi bedanya kalau es lain enggak dibawa pakai nampan, Selendang Mayang dibawa sama nampannya,” tuturnya.
Saat ada pembeli, Dede memotong sagu aren menjadi kotak-kotak, dituangkan ke dalam gelas, ditambah cendol, es, santan, dan gula merah cair untuk rasa manis.
Menurutnya, peluang berjualan Selendang Mayang di Kabupaten Bekasi, khususnya pemukiman yang berbatasan dengan kawasan industri, masih cukup menjanjikan.
“Alhamdulillah, kalau lagi musim panas cepat habis,” tandasnya. (ris)

5 days ago
18

















































